Minggu, 11 Juli 2010

TEKNIK PENULISAN PROPOSAL DAN SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan




OLEH :
KELOMPOK V

Mursit
Nur Aini
Nurmailis

Prodi : S1 PGMI
Lokal : B
Semester : VI


DOSEN PENGAMPU :
ANASRUL, S.Pd.,M.PFis

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
STAI AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN
2010
KATA PENGANTAR
   

Alhamdulillah, kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul Teknik Penulisan Proposal dan Skripsi.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik secara moril maupun secara materiil demi terselesaikannya penulisan makalah ini, semoga mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tentunya sangat kami harapkan terlebih dari dosen pembimbing Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan demi sempurnanya penulisan pada masa yang akan datang. Akhirnya, kami berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amiiin.



Tembilahan, Juli 2010



Kelompok V




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Proposal dan Skripsi 3
B. Komponen-Komponen Proposal dan Skripsi 4
C. Teknik Penulisan Proposal dan Skripsi 16

BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan 37
B. Saran 38

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menempuh pendidikan di jenjang Perguruan
Tinggi merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan akademik. Dalam keseharian, biasanya dosen memberikan tugas kepada mahasiswa berupa penulisan makalah, baik secara mandiri maupun secara berkelompok. Biasanya, makalah kelompok akan dipresentasikan kepada rekan-rekan dalam satu lokal.
Setelah menempuh perkuliah selama beberapa semester (minimal enam semester), dan sejumlah Satuan Kredit Semester (SKS) yang telah ditentukan oleh Perguruan Tinggi, (minimal 75 % dari seluruh SKS yang harus ditempuh), maka mahasiswa boleh mengajukan judul penelitian. Penelitian tersebut merupakan tugas akhir dan untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi yang ditempuh. Hasil penelitian akan dituliskan ke dalam sebuah skripsi. Penulisan skripsi tersebut hendaklah mengacu kepada tata cara penulisan karya ilmiah. Berikut ini akan dijelaskan mengenai Teknik Penulisan Proposal dan Skripsi.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, dapat penulis rumuskan suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. apa definisi proposal dan skripsi?
2. apa saja komponen proposal dan skripsi?
3. bagaimana teknik penulisan proposal dan skripsi?

c. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini di antaranya adalah:
1. untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan.
2. sebagai wadah untuk mengembangkan wawasan mahasiswa.
3. sebagai rujukan bagi pembaca yang akan melakukan penulisan karya ilmiah.
4. sebagai sumbangan pemikiran dalam bidang penulisan karya ilmiah.


















BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Proposal dan Skripsi
sebelum penulis menjabarkan mengenai teknik penulisan proposal dan skripsi, ada baiknya terlebih dahulu penulis jabarkan mengenai definisi proposal dan skripsi itu sendiri agar para pembaca dapat memahami isi karya ilmiah ini. menurut Prof. Dr. H. E. Mulyasa, M.Pd, “proposal merupakan jalan pikiran tertulis dan masih merupakan rancangan kegiatan penelitian yang bersifat tentatif.” Proposal penelitian sering juga dinamakan rancangan penelitian yang akan berfungsi sebagai pedoman untuk peneliti. Adapun keuntungan penyusunan proposal penelitian di antaranya adalah:
1. Bagi guru atau peneliti, proposal dapat dijadikan sebagai panduan dalam melaksanakan proses penelitian, sebab segala sesuatu yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan sudah tergambar dalam proposal penelitian.
2. Bagi sponsor atau pembimbing, proposal dapat memberikan gambaran kemungkinan yang harus diberikan kepada para peneliti yang dibimbingnya.
Sedangkan definisi skripsi, menurut Ndraha(1988):
‘skripsi merupakan laporan pekerjaan lapangan dan membaca buku-buku dalam rangka membentuk konsep baru yang meliputi fakta serta mengembangkan hipotesis antara variabel-variabel yang dijabarkan konsep tersebut’. Menurut Drs. Cik Hasan Bisri, “Skripsi merupakan karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan hasil penelitian, di perpustakaan atau di lapangan atau di laboratorium.”

Tugas penulisan skripsi merupakan salah satu syarat bagi mereka yang akan mencapai gelar akademik dalam salah satu bidang ilmu yang menjadi keahliannya dalam program studi yang dipilihnya. Dalam lingkungan IAIN, STAIN dan PTAIS, penulisan skripsi menjadi salah satu tugas mahasiswa program S1 yang dihargai sebesar 6 (enam) Satuan Kredit Semester (SKS) dalam salah satu bidang ilmu Agama Islam.
Setelah memahami definisi Proposal dan skripsi, berikut akan penulis jabarkan mengenai komponen-komponen atau bagian-bagian yang terdapat di dalam sebuah proposal dan skripsi.


B. Komponen-Komponen Proposal dan Skripsi
1. Komponen-Komponen Proposal
a. Halaman Muka (cover)
Pada bagian halaman muka terdiri atas kata PROPOSAL, judul yang diajukan, lambang atau logo perguruan tinggi yang bersangkutan, nama mahasiswa yang mengajukan proposal disertai dengan nomor induk, kemudian kalimat SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI…. Penulisan semua unsur yang ada di dalam cover diketik dengan huruf kapital.
b. Judul
Judul diketik dengan huruf kapital dan diletakkan paling atas halaman.
c. Latar Belakang Masalah
Berisi tentang titik tolak peneliti melakukan penelitian terhadap judul yang diajukan.
d. Alasan Memilih Judul
Berisi tentang alasan-alasan peneliti mengangkat judul yang akan diteliti.
e. Penegasan Istilah
Penegasan istilah bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman pembaca dalam memahami istilah-istilah yang terdapat dalam judul yang peneliti teliti.
f. Permasalahan
Berisi tentang penjabaran mengenai masalah-masalah yang akan diteliti dan dipecahkan oleh peneliti.
g. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berisi tentang tujuan dan manfaat yang akan dicapai oleh peneliti dengan adanya penelitian yang dilakukannya.
h. Kerangka Teoritis
Merupakan teori-teori yang dijadikan landasan berpikir oleh peneliti.

i. Konsep Operasional
Berisi tentang indikator-indikator atau situasi-situasi yang diharapkan oleh penulis selama penelitian berlangsung.
j. Metode Penelitian
Berisi tentang lokasi dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, keterangan mengenai populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.
k. Sistematika Penulisan
Memuat tentang sistematika penulisan dari awal hingga bagian akhir proposal, yang mencantumkan bagian-bagian tulisan perbabnya.
l. Daftar Pustaka
Berisi daftar rujukan yang digunakan oleh peneliti dalam menyusun proposal tersebut.

2. Komponen-Komponen Skripsi
Secara garis besar, skripsi terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian muka (suplemen awal), bagian utama (naskah skripsi) dan bagian belakang(suplemen akhir). Ketiga bagian tersebut akan dijelaskan pada bagian berikut:
a. Bagian Muka (Suplemen Awal)
Pada umumnya bagian muka skripsi sekurang-kurangnya terdiri atas judul, kata pengantar dan daftar isi. Sedangkan secara lengkap, ia terdiri dari sampul (Cover), ikhtisar atau abstrak (abstact), halaman judul (litle page), persetujuan, pengesahan, riwayat hidup, ucapan terima kasih, persembahan, kata pengantar dan daftar isi. Di samping itu dilengkapi dengan daftar tabel, daftar gambar dan daftar singkatan (CF. Turabian, 1987: 1).
1. Sampul atau Kulit Muka
Urutan tulisan dalam sampul atau kulit muka adalah:
a. Judul skripsi
b. Tulisan SKRIPSI (ditulis dengan huruf Times New Roman: SKRIPSI atau ditulis dengan huruf Currier New: SKRIPSI dengan menggunakan huruf kapital).
c. Kalimat Diajukan sebagai Salah Satu Syarat... dan seterusnya.
d. Nama penulis skripsi disertai nomor pokok yang bersangkutan.
e. Tempat penulisan, dalam hal ini kota domisili perguruan tinggi.
f. Tahun penulisan, yaitu Tahun Miladiah (Masehi) dan Tahun Hijriyah.
Contoh bagian judul skripsi sesuai ketentuan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)Auliaurrasyidin Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada bagian lampiran.
2. Abstrak, Ikhtisar dan Ringkasan
Abstrak atau ikhtisar dan ringkasan mencerminkan seluruh isi karya tulis ilmiah. Ia mencakup seluruh unsur utama di dalam karya tulis itu, yang ditempatkan pada bagian muka. Menurut Didi Atmadilaga (1989) dari segi pengertian,
’abstrak adalah sama dengan ringkasan atau summary. Tetapi dari segi penggunaan dan penempatannya terdapat perbedaan. Dalam karya tulis ilmiah lazim dipilih salah satu di antara keduanya, abstrak atau ringkasan. Apabila sudah dibuat abstrak maka tidak diperlukan ringkasan. Abstrak ditempatkan pada bagian muka, sedangkan ringkasan ditempatkan setelah kesimpulan atau pada bagian belakang.’
Contoh abstrak dapat dilihat pada bagian lampiran.
Bagian-bagian ringkasan pada dasarnya sama dengan abstrak atau ikhtisar, namun isi ringkasan lebih rinci sehingga dapat ditulis antara 6-10 halaman spasi ganda. Sedangkan ikhtisar (intisari) ditempatkan di antara sampul dengan halaman judul, tanpa diberi urutan dan nomor halaman. Ikhtisar dibuat dalam satu halaman penuh dengan jarak ketikan satu spasi, kecuali antara kata Ikhtisar dengan judul dan antara judul dengan isi naskah ikhtisar, berjarak dua spasi.

3. Halaman Judul (Title page)
Tulisan pada halaman judul hampir sama dengan yang tertera di halaman sampul. Ia terdiri dari empat bagian, yaitu:
1.Judul
2.Nama penulis skripsi dan nomor pokok yang bersangkutan.
3.Nama fakultas dalam lingkungan perguruan tinggi.
3.Nama fakultas dalam lingkungan perguruan tinggi.
4.Tempat dan waktu penulisan skripsi.

4. Persetujuan
Dalam halaman persetujuan ditulis judu dan nama penulis skripsi, nama pembimbing, nama ketua jurusan dan dekan. Lembaran persetujuan diletakkan pada halaman ii, setelah halaman judul.

5. Pengesahan
Halaman Pengesahan berisi pernyataan bahwa skripsi itu telah dipertanggungjawabkan dalam sidang ujian munaqasyah. Ia terdiri atas kata Pengesahan, pernyataan pengesahan yang di dalamnya meliputi judul skripsi, tanggal sidang ujian munaqasyah, dan nama-nama pimpinan sidang dan para penguji dalam munaqasyah itu. Dalam pernyataan pengesahan disebutkan pula kedudukan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar akademik, nama jurusan (program studi) dan fakultas tempat belajar penulis skripsi. Tanggal sidang dilengkapi dengan nama bulan dan tahun. Contoh halaman pengesahan dapat dilihat pada bagian lampiran.

6. Riwayat Hidup
Riwayat hidup penulis skripsi cukup ditulis dalam satu halaman. Di dalamnya ditulis mengenai tempat dan waktu dilahirkan, nama kedua orang tua, riwayat pendidikan sampai mencapai gelar akademik. Pengalaman kerja secara singkat dapat dimasukkan di dalam riwayat hidup apabila mahasiswa yang bersangkutan memiliki pengalaman tersebut. Rincian tentang Riwayat Hidup ditempatkan pada halaman iv. Contoh penulisan Riwayat Hidup dapat dilihat pada bagian lampiran.

7. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih biasanya ditempatkan dalam Kata Pengantar. Ia hanya ditujukan kepada orang-orang yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan penelitian dan penulisan skripsi. Mereka adalah para pembimbing dan orang-orang yang dipandang berjasa dalam proses penelitian dan penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kerabat dan teman dekat yang memberi bantuan dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. Misalnya suami atau istri, atau teman seasrama. Kata Pengantar ditempatkan di halaman v , dengan contoh dapat dilihat pada bagian lampiran.

8. Daftar Isi
Daftar isi mencerminkan seluruh isi skripsi secara rinci, yang meliputi bagian muka, bagian utama dan bagian belakang. Daftar isi memberikan kerangka menyeluruh dan analitis tentang isi skripsi, yang sekaligus menginformasikan letak bagian-bagian isi skripsi tersebut dengan menunjukkan nomor halaman masing-masing. Dari daftar isi ini juga, dapat diketahui tentang unsur-unsur informasi dan unsur-unsur metodologi yang digunakan. Di dalam lampiran dapat pembaca lihat contoh daftar isi.

9. Daftar Tabel
Di dalam daftar tabel dicantumkan nomor tabel, teks isi tabel, dan nomor halaman tabel, sesuai dengan yang tercantum di dalam naskah. Penomoran tabel dalam daftar itu sesuai dengan penomoran di dalam naskah yang biasanya menggunakan angka Arab. Untuk contoh halaman daftar tabel dapat dilihat pada bagian lampiran makalah ini.

10. Daftar Gambar
Daftar gambar ditempatkan setelah Daftar Isi Dan Daftar Tabel. Penulisan Daftar Gambar sama seperti halnya penulisan Daftar Tabel dan Daftar Isi. Adapun contoh Daftar Gambar dapat dilihat pada bagian lampiran.

b. Bagian Utama Skripsi
1. Pendahuluan
Secara garis besar Bab Pendahuluan terdiri atas subbab Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka berpikir dan Langkah-langkah Penelitian. Oleh karena penulis di sini hanya menjelaskan mengenai Teknik Penulisan Proposal dan Skripsi, maka penlis tidak memaparkan bagaimana teknik membuat Latar Belakang Masalah yang baik dan lain sebagainya. Mengenai hal ini dapat pembaca lihat pada buku-buku penuntun pembuatan skripsi yang tentunya jauh lebih lengkap apabila dibandingkan dengan karya ilmiah yang sangat sederhana ini.

2. Data dan Pembahasan
Pada bagian ini disajikan data yang ditemukan dalam penelitian, setelah diolah dan dianalisis. Kemudian dilakukan pembahasan terhadap data itu, yang berpedoman kepada kerangka berpikir yang digunakan. Rincian data yang disajikan merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan terhadap masalah penelitian yang dimuat dalam Rencana Penelitian. Pembagian Bab dalam bagian ini dapat dilakukan secara luwes. Ia dapat disajikan hanya dalam satu bab saja, misalnya Bab Data dan Pembahasan. Ia pun dapat dipilah menjadi beberapa bab atau lebih dari satu bab.

3. Kesimpulan
Dalam kesimpulan dikemukakan mengenai natijah hasil penafsiran dan pembahasan data yang diperoleh dalam penelitian, sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah. Ia diinduksi dari hasil pembahasan sebagaimana disajikan dalam bab atau bab-bab sebelumnya. Dengan kesimpulan ini dapat diperoleh informasi baru dan diketahui posisi penelitian, serta implikasi dari penelitian yang dilakukan. Informasi baru itu dapat berupa pendapat baru, pengukuhan terhadap pendapat lama, atau koreksi terhadap pendapat lama.

c. Bagian Belakang (Suplemen Akhir)
Pada bagian belakang skripsi dan laporan penelitian, pada umumnya terdiri atas daftar pustaka atau daftar bacaan, indeks dan lampiran (appendix).
1. Daftar Pustaka
Ada beberapa istilah lain yang maksudnya sama dengan Daftar Pustaka, yaitu Daftar Bacaan, Pustaka Acuan, dan dalam bahasa Inggris disebut Bibliography dan Reference List. Keterangan yang lebih lengkap mengenai Daftar Pustaka dapat dibaca pada bagian Teknik Penulisan Proposal dan Skripsi pada bagian Teknik Penulisan Daftar Pustaka.

2. Indeks
Indeks berisi ungkapan atau istilah penting yang dimuat dalam tulisan. Ia mencakup antara lain istilah teknis dalam bidang ilmu yang melingkupi isi tulisan, singkatan, nama penulis dan nama tempat atau negara. Ia disusun secara alfabetik, yang menunjuk pada nomor halaman tempat ungkapan yang disusun. Dengan indeks ini, pembaca terbantu untuk mencari istilah, singkatan, dan nama penulis yang dianggap penting.

3. Lampiran atau Appendix
Lampiran atau Appendix merupakan tempat untuk menyajikan keterangan atau angka-angka tambahan. Di dalamnya dapat dimuat tentang pengalaman singkat pelaksanaan penelitian, contoh perhitungan statistik, peraturan perundang-undangan yang digunakan, peta, gambar dan lain-lain.
Dari uraian mengenai komponen-komponen skripsi, penulis mengamati terdapat perbedaan mengenai bagian utama skripsi yang menurut penulis sangat menarik untuk penulis kemukakan di sini yaitu mengenai bagian utama skripsi menurut aturan Perguruan Tinggi STAI Auliaurrasyidin Tembilahan, mengingat latar belakang penulis adalah mahasiswa di lembaga tersebut. Adapun bagian utama skripsi menurut peraturan STAI Aulliaurrasyidin Tembilahan adalah:
Bagian utama skripsi terdiri atas lima Bab, dengan rincian sebagai berikut:
Bab I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Alasan Memilih Judul
C. Penegasan Istilah
D. Permasalahan
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
F. Konsep Operasional
G. Sistematika Penulisan
Bab II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab III: METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B. Subjek dan Objek Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisa Data
Bab IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
Bab V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran

C. TEKNIK PENULISAN PROPOSAL DAN SKRIPSI

Secara umum, teknik penulisan proposal dan skripsi hampir tidak ada perbedaan, baik dari segi jenis dan ukuran kertas, margin, maupun spasi dan lain sebagainya, keduanya berbeda hanya dari segi komponen-komponen dan tujuannya saja. Berikut ini akan penulis jabarkan mengenai teknik penulisan proposal dan skripsi.
1. Pengetikan Proposal dan Skripsi
a. Jenis dan Ukuran Kertas
Jenis kertas yang direkomendasikan adalah kertas HVS 70 gram dengan ukuran 21 x 29,7 cm (A4), kecuali untuk lembar tertentu seperti kertas grafik, gambar, lembar kuesioner dan lain-lain. Sedangkan untuk sampul luar (kulit luar) menggunakan bahan karton Buffalo atau Linen dengan warna sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk menambah bagusnya sebuah skripsi, antara bab yang satu dengan bab yang lain diberi pembatas dengan kertas dorslah (dorslag) yang warnanya sesuai dengan warna sampul luar.
Sedangkan aturan untuk Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Auliaurrasyidin adalah naskah diketik dalam kertas HVS 70 gram ukuran kuarto (A4) atau 21,5 x 29 cm, pengetikan tidak bolak-balik dan dijilid dengan cover atau sampul luar berwarna hijau. Sedangkan untuk proposal, sampul luar tidak dianjurkan memakai karton buffalo atau linen, boleh dijilid dengan kertas jilid dengan warna sesuai dengan yang diinginkan.

b. Tipe Huruf dan Warna
Menurut Prof. Dr. H. E. Mulyasa, penulisan laporan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan huruf Roman atau huruf yang setara. Untuk ukuran huruf yang digunakan adalah:
- untuk tajuk ukuran font 12 atau 14
- untuk isi naskah ukuran font 12
- untuk judul cover laporan PTK ukuran pont 16
- untuk nama penulis ukuran font 12
- untuk nama lembaga ukuran font 14.
sedangkan untuk warna huruf yang digunakan adalah warna hitam. Untuk aturan penulisan skripsi di STAI Auliaurrasyidin adalah naskah skripsi diketik dengan huruf standar (courier New) dan ukuran (font size) untuk seluruh naskah skripsi adalah 12, kecuali catatan kaki dengan ukuran 10 dan bagian-bagian sampul depan dan bagian awal skripsi.

c. Pengaturan Kertas (Margin)
Secara umum, pengaturan margin untuk penulisan karya ilmiah baik berupa makalah, proposal, skripsi, tesis, maupun disertasi, merujuk kepada aturan sebagai berikut:
- pinggir atas: 4 cm dari tepi kertas
- pinggir kiri: 4 cm dari tepi kertas
- pinggir bawah: 3 cm dari tepi kertas
- pinggir kanan: 3 cm dari tepi kertas.

d. Jarak Spasi
Spasi yang dipakai adalah dua (2) spasi. pengetikan satu spasi terbatas hanya untuk kutipan langsung panjang, catatan kaki dan daftar pustaka. Pengetikan tiga spasi dipakai antara nomor bab dengan judul bab, antara judul bab dengan baris pertama bab yang bersangkutan dan antara judul subbab dengan baris di atas dan di bawahnya.

e. Sela Ketukan (Indensi)
Indensi yang digunakan adalah satu tabulasi normal. Tabulasi ini dipakai misalnya pada baris pertama alinea baru dan juga digunakan untuk catatan kaki. Indensi ganda (dari tepi kiri dan kanan) digunakan untuk kutipan langsung, sedangkan indensi gantung digunakan untuk dartar pustaka. Sedangkan aturan di STAI Auliaurrasyidin Tembilahan, tiap – tiap baris dari suatu alinea baru dimulai dengan ketukan huruf pertama agak menjorok ke dalam sebanyak tujuh (7) ketukan huruf dari margin (batas kiri).

f. Nomor Halaman
Menurut Joko Subagyo,
“Pada bagian awal skripsi nomor halaman yang digunakan adalah angka romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) diletakkan di tengah kertas bagian bawah dengan jarak 1,5 cm dari tepi bawah. Untuk halaman judul, nomor halaman tidak ditulis . Pada bagian utama dan akhir nomor halaman yang digunakan adalah angka Arab (1,2,3 dan seterusnya), ditulis di sebelah pojok kanan atas dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi atas. Kecuali untuk halaman yang terdapat judul Bab, maka nomor halaman ditulis di tengah bagian bawah dengan jarak 1,5 cm dari tepi bawah.”

g. Nomor Bab dan Bagiannya
Untuk memudahkan dalam menulis skripsi, maka bab dan bagian-bagiannya diberi nama seperti di bawah ini:
Nama Pembagian Penulisan
Bab
Anak Bab
Seksi
Anak Seksi
Pasal
Anak Pasal
Ayat
Anak Ayat I,
A,
1,
a,
1),
a),
(1),
(a), II,
B,
2,
b,
2),
b),
(2),
(b), III
C
3
c,
3)
c)
(3)
(c)

Jika masih ada bagian dari anak ayat, dapat menggunakan huruf Romawi kecil. tata letak dari bab dan bagian-bagian di bawahnya ditulis makin kecil makin masuk ke dalam area penulisan.

2. Kutipan
a. Macam-Macam Kutipan
Kutipan-kutipan yang dibuat bisa dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk penting adalah quotasi, paraphrase, kesimpulan dan praisi. Quotasi adalah mengutip secara langsung tanpa mengubah satu katapun dari kata-kata pengarang. Dalam hal ini harus digunakan koma dua buka dan koma dua tutup. Paraphrase adalah mengutip seluruh isi bacaan dengan menggunakan kata-kata peneliti atau si pembaca sendiri. Ikhtisar atau summary adalah mencatat sinopsis atau kependekan dari keseluruhan pemikiran yang ada dalam bacaan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Precis (baca praisi) adalah pemendekan dari isi yang lebih padat dari summary, dengan memilih secara hati-hati material yang akan dipendekkan dengan menggunakan kata-kata sendiri yang tidak lari dari rencana orisinal artikel.
Secara singkat kutipan dapat dibagai menjadi dua macam yaitu:
1. Kutipan langsung, yaitu kutipan yang diambil langsung dari sumber aslinya.
2. Kutipan tidak langsung, merupakan kesimpulan pikiran sendiri dari kutipan-kutipan yang ada.

b. Cara Penulisan Kutipan
Menurut Prof. Dr. H. E. Mulyasa, beberapa aturan yang perlu dijadikan pedoman dalam penulisan kutipan dan sumber kutipan sebagian besar mengacu pada sistem Harvard sebagai berikut:
1. Jika kutipan merupakan kutipan pertama atau dikutip langsung dari penulisnya, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan dua tanda petik (“ ”). jika kutipan tersebut diambil dari kutipan, maka cukup menggunakan satu tanda petik (‘ ’).
2. Jika bagian yang dikutip kurang dari empat baris, maka kutipan ditulis dengan menggunakan tanda petik (sesuai dengan ketentuan pada poin pertama) dan penulisannya digabung ke dalam paragraf yang ditulis oleh pengutip dan diketik dengan jarak spasi seuai dengan pengetikan pada bagian naskah lainnya. Contoh: Bagi bangsa Indonesia demokrasi bukanlah suatu yang asing, melainkan sesuatu yang sesuai dengan “watak dan peradaban bangsa indonesia”.
3. Jika bagian yang dikutip lebih dari tiga baris, maka kutipan ditulis tanpa tanda kutip dan diketik dengan jarak satu spasi. Baris pertama diketik mulai pada pukulan ke tujuh dan baris ke dua diketik mulai pukulan keempat.
4. Jika bagian dari yang dikutip ada bagian yang dihilangkan, maka penulisan bagian itu diganti dengan tiga buah titik. Contoh:
Mulyasa mengemukakan bahwa sekolah efektif memiliki karakteristik khusus, seperti: kepala sekolah yang demokratis, guru yang professional, … dan iklim pembelajaran yang menyenangkan.
5. Jika kutipan ditiadakan satu kalimat atau lebih, maka diketik titik-titik berspasi sepanjang satu baris. Titik-titik diberi berjarak dua pukulan tik. Contoh:
Kami datang berurai air mata keliling timbunan tanah merah tempat kau tidur berkepanjangan.
. . . . . . . . . . . . . .
Tidur, tidurlah abadi dibuai tangisan rindu satu keluarga di sawah atau Bumi Siliwangi.
6. Tiap kutipan diberi nomor pada akhir kutipan. Nomor itu diangkat sedikit di atas baris biasa. Nomor itu di ketik pada akhir kutipan, bukan di belakang nama pengarang atau kalimat pengantar kutipan itu.

c. Catatan Kaki (Footnote)
Catatan Kaki (Footnote) adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat, buah pikiran fakta-fakta atau ikhtisar. Footnote dapat juga berisi komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks. Berikut ini akan dijelaskan cara menulis catatan kaki (footnote) berdasarkan sumber-sumber yang dikutip:
1. Buku
Secara berurutan ditulis nama pengarang (tanpa gelar) diikuti tanda baca koma (,) kemudian diberi jarak satu spasi diikuti dengan judul buku diketik miring diikuti dengan tanda koma (,) diberi jarak satu spasi kemudian diikuti dengan edisi atau cetakan (jika ada), selanjutnya kota tempat buku tersebut diterbitkan diikuti dengan titik dua (:), antara kota dengan titik dua tidak diberi jarak spasi kemudian diberi jarak satu spasi diikuti nama penerbit diikuti tanda koma (,) langsung diikuti tahun penerbitan tanpa diberi jarak spasi. Mulai dari unsur kota tempat penerbitan buku hingga tahun penerbitan buku diletakkan dalam kurung. Kemudian diberi jarak satu spasi dan diikuti tulisan halaman yang bisa disingkat dengan hlm. atau hal. diberi jarak satu spasi kemudian ditulis nomor halaman tempat teks yang dikutip dan diakhiri dengan tanda titik. Contoh:
Nur Aini, Teknik Penulisan Skripsi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2009), hlm. 22.

4. Majalah
Secara berurutan ditulis nama pengarang diikuti tanda koma kemudian tanpa diberi jarak diikuti judul karangan diketik menggunakan tanda petik (“”) dan diketik miring diikuti spasi satu kemudian nama majalah diikuti tanda koma kemudian diikuti tanggal, bulan dan tahun penerbitan diikuti tanda koma kemudian diberi jarak satu spasi diikuti tulisan hlm diikuti tanda titik kemudian diberi jarak satu spasi dan diikuti dengan nomor halaman dan diakhiri dengan tanda titik. Contoh: Nurmailis,”Menjadi Ibu Rumah Tangga yang Kreatif” Kartini, 31 Juni 2010, hlm. 17.

5. Surat Kabar
Secara berurutan ditulis nama surat kabar diketik miring diikuti tanda koma kemudian diberi jarak satu spasi dan diikuti tanggal, bulan dan tahun penerbitan diikuti tanda koma kemudian diberi jarak satu spasi diikuti tulisan hlm diberi jarak satu spasi dan diikuti dengan nomor halaman dan diakhiri dengan tanda titik. Contoh: Pikiran Rakyat, 25 Juni 2010, hlm. 3.

6. Karangan yang Tidak diterbitkan, seperti tesis, disertasi
Secara berurutan ditulis nama pengarang diikuti tanda koma kemudian diberi jarak satu spasi diikuti judul tesis atau disertasi diberi tanda petik diikuti tanda koma kemudian diberi jarak satu spasi dan diikuti keterangan fakultas diikuti tanda koma kemudian diberi jarak satu spasi dan diikuti keterangan tempat perpustakaan diikuti tanda titik kemudian tulisan hlm atau h diikuti tanda titik kemudian diberi jarak satu spasi dan diikuti nomor halaman diakhiri tanda titik. Contoh: Mursit, “Pengaruh Motivasi Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Di Sekolah Dasar Negeri 015 Desa Sungai Luar”, Skripsi Sarjana Pendidikan, Perpustakaan STAI Auliaurrasyidin Tembilahan. Hlm. 34.

7. Interviu (Wawancara)
Contoh: Wawancara dengan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 6 Juli 2010.

8. Karangan dalam Ensiklopedi
Apabila nama pengarang diketahui, contohnya adalah sebagai berikut: E.E. Kellet, “Spinoza”, Encyclopedia of Religions and Ethics XI 1921, hlm. 251
Apabila nama pengarang tidak diketahui contohnya adalah sebagai berikut: “Katalisator”, Ensiklopedia Indonesia I.

Dalam catatan kaki dikenal pula istilah-istilah Ibid., Op. cit dan Loc. Cit. Ketiga istilah tersebut akan penulis jabarkan mengenai penjelasannya serta penggunaannya.
a. Ibid; singkatan dari ibidem yang artinya ”pada tempat yang sama”, istilah ini digunakan apabila suatu kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang langsung mendahuluinya dengan tidak disela oleh sumber lain. Jika halaman yang dikutip sama maka cukup ditulis kata Ibid saja dengan diketik miring, jika halaman berbeda maka diketik kata Ibid diikuti tanda titik kemudian tanda koma kemudian diberi jarak satu spasi diikuti tulisan halaman (hlm atau hal) diikuti tanda titik dan diberi jarak satu spasi kemudian kiikuti nomor halaman dan diakhiri tanda titik. Contoh: Ibid., hlm. 25.
b. Op. Cit; merupakan singkatan dari opere citato yang artinya ”dalam karangan yang telah disebut”. Op.cit digunakan apabila kutipan telah diselingi oleh sumber lain. Cara penulisannya adalah nama pengarang diikuti tanda koma kemudian diberi jarak satu spasi diikuti kata Op. Cit diketik miring diikuti tanda titik kemudian tanda koma dan diberi jarak satu spasi kemudian diikuti tulisan halaman (hlm atau hal atau h) diikuti tanda titik kemudian diberi jarak satu spasi kemudian diikuti nomor halaman dan diakhiri tanda titik. Contoh: Mursit, Op. Cit., hlm. 67.
c. Loc. Cit; merupakan ringkasan dari Loco citato yang artinya ”pada tempat yang telah disebut”. Istilah ini digunakan apabila kutipan yang kita ambil telah diselingi sumber lain tapi pada halaman yang sama pada sumber yang telah diambil. cara penulisannya adalah nama pengarang diikuti tanda titik kemudian diberi jarak satu spasi diikuti tulisan Loc. Cit diikuti tanda titik. Contoh: Mursit, Loc. Cit.

3. Cara Menulis Angka
Menurut Prof. Dr. H. E. Mulyasa, cara penulisan angka dalam suatu kalimat adalah sebagai berikut:
- Jika besarnya angka dalam kalimat tersebut kurang dari 10, maka ditulis dengan kata-kata. Contoh: Dalam dua bulan terakhir ini ia bekerja keras untuk menyelesaikan tugas akhirnya.
- Jika angka tersebut 10 atau lebih, maka ditulis dengan angka arab. Contoh: dari 20 kandidat untuk jabatan Kepala Dinas tersebut lima dinyatakan berhak mengikuti pemilihan tingkat akhir.
- Untuk simbol Kimia, Matematika, Statistika dan sebagainya, penulisan dilakukan apa adanya sesuai dengan aturan dan kelaziman dalam bidang yang bersangkutan.

4. Cara Menulis Singkatan
Penulisan singkatan mengikuti aturan sebagai berikut:
- Untuk penulisan pertama kali suatu nama, harap ditulis lengkap dan kemudian diikuti dengan singkatan resminya dalam kurung. Contoh: Dalam laporan tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebutkan bahwa PBB merupakan badan perdamaian dunia.
- Untuk penulisan berikutnya singkatan resmi yang ada dalam kurung digunakan tanpa perlu menuliskan kepanjangannya. Contoh: Dalam laporan PBB tersebut dinyatakan pula bahwa bangsa-bangsa di dunia berhak mendapatkan perlindungan.
- Singkatan yang tidak resmi tidak boleh digunakan.
- Untuk simbol Kimia, Matematika, Statistika dan sebagainya, penulisan singkatan dilakukan sesuai dengan aturan dan kelaziman dalam bidang yang bersangkutan.

5. Penggunaan Huruf Besar
- Huruf besar digunakan pada huruf pertama setiap memulai kalimat.
- Huruf besar digunakan pada Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan, dan kata gantinya. Contoh: Allah, Yang Maha Kuasa, bimbinglah hamba-Mu, dan lain-lain.
- Huruf besar digunakan pula pada huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti oleh nama orang. Contoh: Haji Ali Basyah Amin, Nabi Muhammad SAW, dan lain-lain.
- Huruf besar digunakan pada huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang. Contoh: Guberbur Rusli Zainal, Profesor Ibrahim Hasan.
- Huruf besar digunakan pada huruf pertama nama orang, nama bangsa, suku, bahasa, tahun, bulan, hari, hari besar, nama khas geografi, badan resmi, lembaga pemerintahan,dan dokumen resmi. Contoh: Nur Aini, Nurmailis, Mursit, Bangsa Indonesia, Suku Melayu, Selasa, Proklamasi Kemerdekaan, Sungai Indragiri, Undang-Undang Dasar, Madani School, dan lain-lain.
- Huruf besar digunakan pada huruf pertama kata dari nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan kacuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan, yang, yang terletak pada posisi awal. Contoh: Pedoman Bercocok Tanam, Pelajaran Ekonomi untuk Universitas, dan lain-lain.
- Huruf besar digunakan pada huruf pertama nama sapaan dan ringkasan nama gelar. Contoh: Dr. Untuk singkatan Doktor, Ir. Untuk ringkasan Insinyur, Saudara, dan lain-lain.
- Huruf besar digunakan pada huruf pertama bahan produksi pabrik. Contoh: Gelas Pyrex, Piring Millamin, dan lain-lain.
- Huruf besar digunakan pada huruf pertama judul buku, periodikal, judul bab, artikel yang digunakan dalam teks. Contoh: Bab III dari buku Metode Penelitian, Tanam berjudul ”Pemberantasan Hama dan Penyakit”, dan lain-lain.
- Huruf besar digunakan pada huruf pertama nama genera, famili, ordo, kelas, subdivisi dan divisi, baik untuk nama ilmiah tanaman atau hewan. Contoh: Graminae, Oryza, Fasiola, dan lain-lain.

6. Penggunaan Huruf Miring (Italics)
Kalimat, huruf, kata-kata, simbol dan sebagainya yang dicetak dengan huruf miring dinamakan dengan ditulis dengan Italic. Beberapa kata atau huruf sering dinyatakan dalam italic (huruf miring) yaitu:
- Simbol-simbol aljabar, seperti: Ax+By+C=10
- Genera dan spesies seperti: Oryza Sativa, Homo Sapiens dan sebagainya.
- Nama buku, periodikal, pamflet, jika buku, periodikal dan pamflet tersebut muncul dalam teks. Untuk judul artikel atau judul Bab jangan ditulis dalam Italics. Contoh: Kimia Organik karangan Fieser dan Fieser; bab II dari Metode Penelitian menjelaskan tentang ”Peranan dan Jenis-Jenis Penelitian”.
- Kata-kata asing, seperti: ceteris paribus, intra-vitam, dan sebagainya.

7. Gaya Bahasa dalam Laporan Ilmiah
Sifat utama dalam menulis laporan ilmiah adalah jelas dan akurat. Gaya bahasa yang menambah kualitas penulisan dapat dianggap suatu bonus saja dalam penulisan laporan ilmiah. Walaupun demikian, tidak ada salahnya laporan ilmiah ditulis dengan gaya bahasa yang hidup dan menarik supaya pembaca lebih merasa puas dalam membaca laporan tersebut. Berikut ini akan diberikan beberapa check-list dari kesalahan-kesalahan yang sering dibuat dalam menulis laporan ilmiah:
1. Ketidaktepatan
a. membesar-besarkan fakta atau pernyataan.
b. Salah penafsiran karena data yang diperlukan tidak dimasukkan.
c. Kesalahan dalam menghitung, membuat atau menggunakan istilah.
d. Kesimpulan yang ditarik didasarkan pada bukti yang tidak cukup.
e. Penggunaan matematika yang tidak cocok.
f. Mencampurbaurkan antara fakta dan opini.
g. Terdapat kontradiksi dan ketidakkonsistenan dalam pernyataan-pernyataan.

2. penyampaian yang tidak baik
a. Menghilangkan topik yang penting.
b. Kesalahan dalam mengurutkan subbab, bagian dan sebagainya.
c. Memasukkan materi dalam bagian atau paragraf yang salah.
d. Pengembangan topik yang kurang lengkap.
e. Memasukkan hal-hal yang tidak relevan secara terperinci.
f. Gagal dalam usaha untuk membedakan antara yang baru dan yang terkenal.
g. Kurang mementingkan penafsiran dan kesimpulan.

3. kekurangan gaya bahasa
a. Kalimat terlalu panjang (lebih dari 3-4 baris ketikan) ataupun penggunaan tata bahasa yang terlalu sukar.
b. Kalimat yang terlalu pendek.
c. Kalimat yang lemah dengan kata-kata yang tidak ada artinya.
d. Kalimat yang kurang jelas, sehingga perlu dibaca berkali-kali untuk memahaminya.
e. Paragraf yang terlalu panjang (mencapai ¾ halaman) ataupun terlalu pendek (kurang dari 5 baris ketikan).
f. Kalimat yang bertele-tele dan tidak langsung menuju sasaran.
g. Menggunakan kata-kata yang terlalu umum.
h. Pengulangan kata yang tidak perlu dari kata-kata yang sama atau kalimat yang sama.
i. Terlupa menggunakan kata penghubung ataupun kata-kata asing.
j. Terlalu banyak menggunakan istilah teknis yang tidak diperoleh dalam sebuah kalimat.

8. Penulisan Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan sederetan daftar mengenai buku-buku atau literatur-literatur yang digunakan sebagai bahan penulisan karya ilmiah. Daftar ini biasanya terletak di halaman paling belakang sebuah karya ilmiah sebelum lampiran-lampiran. Pembaca, penguji, maupun penulisnya sendiri dapat mengetahui data-data buku yang dijadikan bahan acuan. Setiap data buku diupayakan selengkap-lengkapnya ditulis dalam daftar pustaka, seperti: penulis, tahun terbit, judul, edisi atau cetakan, penerbit dan kota tempat diterbitkannya buku tersebut. Berikut ini akan dijelaskan mengenai cara penulisan daftar pustaka menurut sumbernya.
a. Sumber Buku
1. jika buku ditulis oleh satu orang
Mursit. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gramedia.

2. jika buku ditulis oleh dua atau tiga orang.
Mursit, Nur Aini dan Nurmailis. (2008). Pedoman Penelitian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

3. jika buku ditulis oleh lebih dari tiga orang.
Mursit, dkk. (2009). Teknik Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pustaka Setia.


b. Sumber Internet
Nur Aini. (2009). Penuntun ke Jalan Lurus. Jakarta: Gramedia.


9. Teknik Penulisan Tabel dan Gambar
Umumnya laporan ilmiah berisi tabel-tabel dan gambar-gambar berupa grafik dan histogram. Berikut ini akan dijelaskan mengenai teknik penulisan tabel dan gambar.
1. Tabel
Sebuah tabel umumnya terdiri dari:
- nomor dan judul tabel
- stub
- box head
- badan (body).
Untuk penomoran tabel digunakan dua angka latin yang dipisahkan dengan titik. Angka pertama menunjukkan nomor bab di mana tabel berada dan angka ke dua menunjukkan nomor urut tabel pada bab yang bersangkutan. Setiap kata dari nama tabel dimulai dengan huruf besar dan dicetak tebal. Di bawah tabel, penulis wajib mencantumkan sumber data. Contoh tabel dapat dilihat pada bagian lampiran makalah ini.

2. Gambar
Gambar yang digunakan dalam laporan ilmiah adalah:
d. grafik bundar
e. grafik batang
f. grafik garis
g. histogram
h. foto
i. lukisan
Cara penulisan nomor dan judul pada gambar tidak jauh berbeda dengan penulisan tabel, hanya saja pada gambar (grafik), penulisan nomor dan judul dilettakkan di bawah gambar. Sedangkan pada tabel, nomor dan judul tabel diletakkan pada bagian atas tabel tersebut. Contoh gambar (grafik) dapat dilihat pada bagian lampiran makalah ini.

























BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Dari uraian mengenai teknik penulisan proposal dan skripsi di atas dapat penulis simpulkan bahwa membuat proposal merupakan suatu kegiatan menyusun rancangan penelitian yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa yang akan melakukan suatu penelitian. Dengan penyusunanm sebuah proposal penelitian akan memungkinkan menjadikannya sebagai titik tolak sekaligus bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena semua rencana penelitian telah dimuat dalam proposal penelitian. Dalam penulisan proposal dan skripsi pada umumnya tidak terdapat perbedaan, hanya saja berbeda dari segi komponen dan tujuan proposal dan skripsi tersebut. Komponen sebuah proposal terdiri dari tiga bab yaitu Bab I pendahuluan, Bab II Tijauan Pustaka, Bab III Metodologi Penelitian, sedangkan komponen skripsi merupakn lanjutan dari sebuah proposal yaitu komponen proposal yang telah dilakukan perbaikan-perbaikan bersama dosen pembimbing ditambah dengan Bab IV .
Karena proposal dan skripsi merupakan karya tulis ilmiah, maka teknik penulisannyapun haruslah mengacu pada tata cara penulisan ilmiah yang telah penulis jabarkan pada Bab II. Walaupun banyak ahli yang mengemukakan pendapat yang tidak bisa dikatakan seragam, pada dasarnya hal tersebut dapat diterima, tergantung kita bagaimana mengaplikasikannya ketika melakukan penulisan karya ilmiah seperti makalah, proposal, skripsi, tesis maupun disertasi. Maksud penulis di sini adalah dalam mengaplikasikan teknik penulisan karya ilmiah, boleh saja kita mengikuti pendapat salah seorang ahli, yang terpenting adalah dalam mengaplikasikannya hendaklah konsisten mulai dari bagian awal karya ilmiah hingga bagian akhir.

B. Saran
Karena begitu banyak pendapat para ahli mengenai teknik penulisan proposal dan skripsi atau karya ilmiah pada umumnya, maka pada bagian penutup ini penulis menyarankan kepada para pembaca agar lebih banyak membaca, karena tanpa membaca maka kita tidak akan bisa melakukan suatu perbandingan untuk kemudian mengambil kesimpulan untuk dijadikan suatu karya tulis ilmiah seperti yang telah penulis lakukan walaupun mungkin dalam kaca mata dosen pengampu karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Namun, penulis sangat bersyukur atas selesainya karya ilmiah ini karena hasil kerja sama yang baik dari rekan-rekan satu kelompok yang terdiri dari Nur Aini, Nurmailis dan Mursit. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua, amiiin.








DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa. (2009). Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gunawan Undang. (2009). Teknik Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sayagatama.

Hasan Bisri. (2008). Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Husein Umar. (2008). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Joko Subagyo. (2006). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Moh. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor:Ghalia Indonesia.

S. Nasution dan M. Tomas. (2006). Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi dan Makalah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

STAI Auliaurrasyidin. Teknik Penulisan Skripsi Program PAI No. 017/STAI_UR/1997.

Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Selasa, 06 Juli 2010

Metodologi Penelitian

STUDI PENDAHULUAN, KAJIAN LITERATUR, ASUMSI DAN HIPOTESA

A. STUDI PENDAHULUAN
1. Manfaat Studi Pendahuluan

Prof. Dr. Winarno Surakhmat menyebutkan tentang studi Pendahuluan ini dengan ekploratoris sebagai dua langkah, dan perbedaan antara langkah pertama dengan langkah ke dua ini adalah penemuan dan pengalaman. Memilih masalah adalah mendalami masalah itu, sehingga harus dilakukan secara lebih sistematis dan intensif.
Di dalam melakukan studi pendahuluan, mungkin ditemukan bahwa orang lain sudah berhasil memecahkan masalah yang ia ajukan sehingga tidak ada gunanya ia bersusuah payah menyelidiki. Mungkin ia juga mengetahui hal-hal yang relevan dengan masalahnya sehingga memperkuat keinginannya untuk meneliti karena justru orang lain juga masih mempermasalahkan. Dengan telah mengadakan studi pendahuluan, maka boleh jadi dapat dihemat tenaga dan biaya, di samping bagi calon peneliti tersebut menjadi lebih terbuka matanya dan menjadi lebih jelas permasalahannya.
Manfaat lain dari studi pendahuluan, yaitu peneliti menjadi yakin bahwa penelitiannya perlu dan dapat dilaksanakan. Sebagai pedoman perlu tidaknya atau dapat tidaknya penelitian dilaksanakan, peneliti harus ingat empat hal seperti yang disebutkan di bawah ini :
1. Apakah judul penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar sesuai dengan minatnya?
2. Apakah penelitian ini dapat dilaksanakan?
3. Apakah untuk penelitian yang akan dilakukan tersedia faktor pendukung?
4. Apakah hasil penelitian cukup bermanfaat?

Dari uraian di atas, secara singkat dapat dipaparkan manfaat mengadakan studi pendahuluan, yaitu sebagai berikut :
a. Memperjelas masalah
b. Menjajagi kemungkinan-kemungkinan dilanjutkannya penelitian.
c. Mengetahui apa yang sudah dihasilkan orang lain bagi penelitian yang serupa dan bagian mana dari permasalahan yang belum terpecahkan.

2. Cara Mengadakan Studi Pendahuluan
Sumber pengumpulan informasi untuk mengadakan studi pendahuluan ini dapat dilakukan pada tiga objek. Ketiga objek tersebut ada yang berupa tulisan-tulisan dalam kertas (paper), manusia (person), atau tempat (place). Olej karena dinyatakan dalam kata bahasa Inggris, untuk lebih mudah mengingat, disingkat dengan tiga p), yaitu :
1. paper; dapat berupa dokumen, buku-buku, majalah atau bahan tertulis lainnya, baik berupa teori, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya (finddngs). Studi ini disebut juga studi kepustakaan atau sudi literatur.
2. Person; bertemu, bertanya dan berkonsultasi dengan para ahli atau manusia sumber.
3. Place; tempat, lokasi atau benda-benda yang terdapat di tempat penelitian.
Dari uraian di atas, secara singkat dapat disimpulkan cara melakukan studi pendahuluan, yaitu:
1. Dengan membaca literatur, baik teori maupun penemuan (hasil penelitian terdahulu).
2. Mendatangi ahli-ahli atau manusia sumber untuk berkonsultasi dan memperoleh informasi.
3. mengadakan peninjauan atau ke tempat lokasi penelitian untuk melihat benda atau peristiwa.


B. KAJIAN LITERATUR
Beberapa sumber, ahli, maupun peneliti memberi istilah kajian literatur dengan sebutan kajian teori, studi literatur atau studi pustaka. Keberadaan kajian literatur dalam suatu laporan penelitian ilmiah (seperti skripsi, tesis dan lain-lainnya) untuk menghindari terjadinya duplikasi penelitian. Kajian literatur hadir dalam laporan penelitian ilmiah yang memerlukan kegiatan kepustakaan atau lapangan membutuhkan pembuktian secara teori dan pengujian data secara empiris. Selanjutnya pada resume ini akan dibahas maksud dan ruang lingkup kajian literatur, cara pengumpulan literatur, serta cara menulis kajian literatur.

1. Maksud dan Ruang Lingkup Kajian Literatur
Kajian literatur (telaah teori) merupakan salah satu kegiatan penelitian yang mencakup; memilih teori-teori hasil penelitian, mengidentifikasi literatur, menganalisis dokumen, serta menerapkan hasil analisis tadi sebagai landasan teori bagi penyelesaian masalah dalam penelitian yang dilakukan. Intinya, kegiatan yang dilakukan adalah mencari teori atau landasan berpikir yang tepat sebagai penguat proses penyelesaian masalah. Teori yang tepat maksudnya adalah teori-teori yang bersesuaian dengan ruang lingkup masalah. Selain itu telaah teori dimaksudkan untuk mengetahui sudah sejauh mana penelitian yang dilakukan tentang masalah yang akan diteliti (bila sudah pernah ada penelitian). Bila belum pernah diteliti, untuk meyakini bahwa penelitian yang akan ditempuh yang memungkinkan untuk dilakukan, karena didukung oleh teori yang ada. Selain itu, telaah teori dapat membantu menentukan metodologi yang tepat sekaligus memberikan interpretasi tentang keberhasilan penelitian yang dilakukan.
Adapun ruang lingkup telaah teori meliputi pengidentifikasian, penjelasan dan penguraian secara sistematis dokumen-dokumen yang mengandung informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

2. Cara Mengumpulkan Literatur
Untuk mengumpulkan literatur dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Apabila menemukan referensi yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, sebaiknya terbiasa untuk mencatat atau mengumpulkannya.
b. Sumber literatus dapat diperoleh dari majalah, koran, radio, hasil wawancara, jurnal atau hasil penelitian. Literatur dapat pula diperoleh dari internet, kantor atau lembagai khusus yang menyediakan berbagai sumber literatur, seperti negara kita ada Kantor Pusat Statistika dan perpustakaan-perpustakaan.
c. Bila literatur-literatur yang dikumpulkan itu telah memadai, maka untuk menyusun tulisan tentang kajian literatur cukuplah membaca lembaran-lembaran kertas berisi resume, komentar, dan bibliografi yang dibuat sebelumnya.

3. Cara Menulis Kajian Literatur
Kegiatan terakhir dari telaah teori adalah menyusun hasil telaahan terhadap berbagai sumber literatur untuk dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Mengingat penulisan laporan penelitian merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah, maka aturan penulisannya pun mengacu pada tata cara penulisan karya tulis ilmiah.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai cara menulis kutipan, yaitu sebagai berikut:
Kutipan-kutipan yang dibuat bisa dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk penting adalah quotasi, paraphrase, kesimpulan dan praisi. Quotasi adalah mengutip secara langsung tanpa mengubah satu katapun dari kata-kata pengarang. Dalam hal ini harus digunakan koma dua buka dan koma dua tutup. Paraphrase adalah mengutip seluruh isi bacaan dengan menggunakan kata-kata peneliti atau si pembaca sendiri. Ikhtisar atau summary adalah mencatat sinopsis atau kependekan dari keseluruhan pemikiran yang ada dalam bacaan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Precis (baca praisi) adalah pemendekan dari isi yang lebih padat dari summary, dengan memilih secara hati-hati material yang akan dipendekkan dengan menggunakan kata-kata sendiri yang tidak lari dari rencana orisinal artikel.
Secara singkat kutipan dapat dibagai menjadi dua macam yaitu:
1. kutipan langsung, yaitu kutipan yang diambil langsung dari sumber aslinya. Jika mengutip pendeka, maka ia dijalin delam teks dengan memberikan tanda petik, sedangkan yang panjang diberi tempat tersendiri dalam satu alinea tanpa adanya tanda petik. Sedangkan menurut E. Mulyasa cara menulis kutipan adalah sebagai berikut:
Jika kutipan merupakan kutipan pertama atau dikutip langsung dari penulisnya, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan dua tanda petik (“ ”). Jika bagian yang dikutip kurang dari empat baris, maka kutipan ditulis dengan menggunakan tanda petik dan penulisannya digabung ke dalam paragraf yang ditulis oleh pengutip dan diketik dengan jarak spasi seuai dengan pengetikan pada bagian naskah lainnya.

2. Kutipan tidak langsung, merupakan kesimpulan pikiran sendiri dari kutipan-kutipan yang ada. Ia dibuat tanpa memakai tanda petik. Sedangkan menurut E. Mulyasa, “jika kutipan tersebut diambil dari kutipan, maka cukup menggunakan satu tanda petik (‘ ’)”.

Setelah setelah literatur termuat dalam lembaran-lembaran khusus telah memadai banyaknya, (tentunya dengan ketentuan-ketentuan pengutipan di atas), langkah selanjutnya adalah memilih dan memilah yang relevan dan yang tidak relevan dengan pembahasan permasalahan penelitian. Siapkan sumber aslinya berdasarkan bibliografi yang dibuat pada lembaran tadi, apabila diperlukan.
Kemudian buatlah outline tentang kajian literatur yang akan ditulis. Tuliskan subjudul-subjudulnya berdasarkan pemilahan literatur pada lembaran-lembaran yang dibuat sebelumnya. Urutkan penguraian setiap subjudulnya sehingga yang lebih umum dibahas terlebih dahulu, sedangkan yang paling erat kaitannya dengan masalah diuraikan terakhir untuk menuju pada pernyataan hipotesis.
Jadi, uraian tentang kajian literatur diawali oleh hasil-hasil atau kesimpulan dari penelitian yang dilakukan peneliti lain. Kemudian memaparkan berbagai teori, pendapat atau hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada bagian akhir tinjauan literatur adalah kesimpulan yang memperlihatkan inti telaahan.


C. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar dirumuskan setelah masalah dan tujuan penelitian secara eksplisit. Asumsi adalah titik tolak logika berpikir dalam penelitian yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Asumsi menjadi dasar berpijak bagi penyelesaian masalah yang diteliti. Sedangkan menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmat ‘anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik’.
Dari contoh kehidupan sehari-hari sering orang berkata bahwa orang yang banyak makan akan menjadi gemuk. Yang ada di balik ucapan itu adalah suatu anggapan bahwa semua yang dimakan orang tentu dapat dicerna, kemudian berubah menjadi otot atau lemak. Inilah sebabnya maka orang menjadi gemuk. Contoh lain adalah dari panjangnya jam belajar dan pemberian waktu istirahat. Jadwal pelajaran di SMA tersebut 45 menit tiap jam pelajaran, dengan susunan tiga jam pelajaran istirahat lagi, dilanjutkan dua jam pelajaran lagi lalu bubar. Penyusunan ini didasarka atas suatu anggapan dasar bahwa: setelah belajar selama kurang lebih 135 menit, anak menjadi lelah.
Seorang peneliti memerlukan serangkaian kegiatan sebelum merumuskan anggapan dasar, seperti banyak membaca buku dan literatur yang relevan, mendengar ceramah, pendapat dan berita yang memberi abstraksi bagi perbendaharaan pengetahuannya. Singkatnya, asumsi yang baik harus didukung oleh studi pustaka untuk menguatkan teori yang mendukung penyelesaian masalah dalam penelitian.


D. Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah suatu rumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun/ mengarahkan penyelidikan selanjutnya. Sedangkan menurut Moh. Nazir dalam bukunya Metode Penelitian:
“hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta penduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementar dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Hipotesis merupakan ciri dari penelitian kuantitatif. Hipotesis juga merupakan kendali bagi peneliti agar arah penelitian yang dilakukan tidak ke mana-mana, selain dari tujuan penelitian. Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang rumusannya mudah dipahami serta memuat paling tidak variabel-variabel permasalahan penelitian, apakah variabel-variabel tersebut dihubungkan, diperbandingkan, ataukah diuji keberpengaruhannya. Selain itu, rumusan hipotesispun hendaknya memiliki nilai prediktif, bersifat konsisten dan harus dapat diuji.
2. Kegunaan Hipotesis
Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2. mmmenyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antarfakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3. sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antarfakta.


3. Cara Merumuskan Hipotesis
Bagaimana cara orang merumuskan hipotesis ini tidak ada aturan umumnya. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
a. hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.
d. Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.

Di bawah ini akan diberikan contoh rumusan hipotesis serta hubungannya dengan judul penelitian dan tujuan penelitian.


Judul Penelitian

Peningkatan Usaha Kerajinan Genteng dalam Rangka Penyerapan Tenaga Kerja dan Penambahan Pendapatan Keluarga Tani di Desa Berjo, Kecamatan Bidean, Daerah Istimewa Jogjakarta.







Tujuan Penelitian

1. memperoleh gambaran sampai seberapa jauh pengangguran musiman dapat diserap oleh kerajinan genteng.

2. mengetahui besarnya sumbangan usaha kerajinan genteng terhadap pendapatan total usaha tani.

3. mengetahui apakah usaha kerajinan genteng mempunyai hubungan yang bersifat komplementer ataukah substitusi terhadap usaha tani padi dalam hal alokasi pencurahan jam tenaga kerja. Hipotesis

1. Usaha kerajinan genteng dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan total keluarga petani, lebih besar daripada sifatnya yang sekarang.

2. Alokasi pencurahan jam tenaga kerja sektor usaha tani padi tanpa genteng masing-masing dapat diperkecil untuk dialihkan ke usaha kerajinan genteng.



4. Jenis-Jenis Hipotesis
Hipotesis yang isi dan rumusannya bermacam-macam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, dan tergantung dari pendekatan kita dalam membaginya. Hipotesis dapat kita bagi sebagai berikut:
a. Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan.
b. Hipotesis kerja vs hipotesi nul.
c. Hipotesis common sense dan ideal.
4.1. Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan.
Hipotesis tentan perbedaan dan hubungan merupakan hipotesis hubungan analitis. Hipotesis ini secara analitis, menyatakan hubungan atau perbedaan saru sifat dengan sifat yang lain.
Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling berhubungan antara dua variabel atau lebih, yang mendasari teknik korelasi ataupun regresi. Sedangkan hipotesis yang menjelaskan tentang perbedaan adalah adanya ketidaksamaan antarvariabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh variabel yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian yang komparatif.

4.2. Hipotesis kerja dan hipotesis nul
Hipotesis kerja mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif di dalamnya. Hipotesis kerja biasanya dirumuskan sebagai berikut:
“Andaikat…, maka ….”
Hipotesis kerja biasanya diuji untuk diterima dan dirumuskan oleh peneliti-peneliti ilmu sosial dalam desain yang noneksperimental. Dengan adanya hipotesis kerja, peneliti dapat bekerja lebih mudah dan terbimbing dalam memilih fenomena yang relevan dalam rangka memecahkan masalah penelitiannya.
Sedangkan hipotesis nul biasanya diuji dengan menggunakan statistika. Dalam hipotesis nul ini, selalu ada implikasi “tidak ada beda”. Perumusannya bisa dalam bentuk:
“tidak ada beda antara… dengan …”.
Hipotesis nul biasanya ditolak. Dengan menolak hipotesis nul maka kita menerima hipotesis pasangan, yang disebut hipotesis alternatif. Hipotesis nul biasanya digunakan dalam penelitian eksperimental.

4.3. Hipotesis tentang ideal vs common sense
Hipotesis common sense biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan. Contohnya hipotesis sederhana tentang produksi dan status kepemilikan tanah, dan sebagainya.
Sedangkan hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis ideal adalah peningkatan dari hipotesis analitis.








DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa, (2009), Praktek PTK, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Husein Umar, (2008), Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Moh. Nazir, (2005), Metode Penelitian, Bogor:Ghalia Indonesia.
M. Subana dan Sudrajat, (2005), Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia.
Suharsimi Arikunto, (2002), Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata, (2006), Metodologi Penelitian , Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


















STUDI PENDAHULUAN, KAJIAN LITERATUR, ASUMSI DAN HIPOTESA

A. STUDI PENDAHULUAN
1. Manfaat Studi Pendahuluan

Prof. Dr. Winarno Surakhmat menyebutkan tentang studi Pendahuluan ini dengan ekploratoris sebagai dua langkah, dan perbedaan antara langkah pertama dengan langkah ke dua ini adalah penemuan dan pengalaman. Memilih masalah adalah mendalami masalah itu, sehingga harus dilakukan secara lebih sistematis dan intensif.
Di dalam melakukan studi pendahuluan, mungkin ditemukan bahwa orang lain sudah berhasil memecahkan masalah yang ia ajukan sehingga tidak ada gunanya ia bersusuah payah menyelidiki. Mungkin ia juga mengetahui hal-hal yang relevan dengan masalahnya sehingga memperkuat keinginannya untuk meneliti karena justru orang lain juga masih mempermasalahkan. Dengan telah mengadakan studi pendahuluan, maka boleh jadi dapat dihemat tenaga dan biaya, di samping bagi calon peneliti tersebut menjadi lebih terbuka matanya dan menjadi lebih jelas permasalahannya.
Manfaat lain dari studi pendahuluan, yaitu peneliti menjadi yakin bahwa penelitiannya perlu dan dapat dilaksanakan. Sebagai pedoman perlu tidaknya atau dapat tidaknya penelitian dilaksanakan, peneliti harus ingat empat hal seperti yang disebutkan di bawah ini :
1. Apakah judul penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar sesuai dengan minatnya?
2. Apakah penelitian ini dapat dilaksanakan?
3. Apakah untuk penelitian yang akan dilakukan tersedia faktor pendukung?
4. Apakah hasil penelitian cukup bermanfaat?

Dari uraian di atas, secara singkat dapat dipaparkan manfaat mengadakan studi pendahuluan, yaitu sebagai berikut :
a. Memperjelas masalah
b. Menjajagi kemungkinan-kemungkinan dilanjutkannya penelitian.
c. Mengetahui apa yang sudah dihasilkan orang lain bagi penelitian yang serupa dan bagian mana dari permasalahan yang belum terpecahkan.

2. Cara Mengadakan Studi Pendahuluan
Sumber pengumpulan informasi untuk mengadakan studi pendahuluan ini dapat dilakukan pada tiga objek. Ketiga objek tersebut ada yang berupa tulisan-tulisan dalam kertas (paper), manusia (person), atau tempat (place). Olej karena dinyatakan dalam kata bahasa Inggris, untuk lebih mudah mengingat, disingkat dengan tiga p), yaitu :
1. paper; dapat berupa dokumen, buku-buku, majalah atau bahan tertulis lainnya, baik berupa teori, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya (finddngs). Studi ini disebut juga studi kepustakaan atau sudi literatur.
2. Person; bertemu, bertanya dan berkonsultasi dengan para ahli atau manusia sumber.
3. Place; tempat, lokasi atau benda-benda yang terdapat di tempat penelitian.
Dari uraian di atas, secara singkat dapat disimpulkan cara melakukan studi pendahuluan, yaitu:
1. Dengan membaca literatur, baik teori maupun penemuan (hasil penelitian terdahulu).
2. Mendatangi ahli-ahli atau manusia sumber untuk berkonsultasi dan memperoleh informasi.
3. mengadakan peninjauan atau ke tempat lokasi penelitian untuk melihat benda atau peristiwa.


B. KAJIAN LITERATUR
Beberapa sumber, ahli, maupun peneliti memberi istilah kajian literatur dengan sebutan kajian teori, studi literatur atau studi pustaka. Keberadaan kajian literatur dalam suatu laporan penelitian ilmiah (seperti skripsi, tesis dan lain-lainnya) untuk menghindari terjadinya duplikasi penelitian. Kajian literatur hadir dalam laporan penelitian ilmiah yang memerlukan kegiatan kepustakaan atau lapangan membutuhkan pembuktian secara teori dan pengujian data secara empiris. Selanjutnya pada resume ini akan dibahas maksud dan ruang lingkup kajian literatur, cara pengumpulan literatur, serta cara menulis kajian literatur.

1. Maksud dan Ruang Lingkup Kajian Literatur
Kajian literatur (telaah teori) merupakan salah satu kegiatan penelitian yang mencakup; memilih teori-teori hasil penelitian, mengidentifikasi literatur, menganalisis dokumen, serta menerapkan hasil analisis tadi sebagai landasan teori bagi penyelesaian masalah dalam penelitian yang dilakukan. Intinya, kegiatan yang dilakukan adalah mencari teori atau landasan berpikir yang tepat sebagai penguat proses penyelesaian masalah. Teori yang tepat maksudnya adalah teori-teori yang bersesuaian dengan ruang lingkup masalah. Selain itu telaah teori dimaksudkan untuk mengetahui sudah sejauh mana penelitian yang dilakukan tentang masalah yang akan diteliti (bila sudah pernah ada penelitian). Bila belum pernah diteliti, untuk meyakini bahwa penelitian yang akan ditempuh yang memungkinkan untuk dilakukan, karena didukung oleh teori yang ada. Selain itu, telaah teori dapat membantu menentukan metodologi yang tepat sekaligus memberikan interpretasi tentang keberhasilan penelitian yang dilakukan.
Adapun ruang lingkup telaah teori meliputi pengidentifikasian, penjelasan dan penguraian secara sistematis dokumen-dokumen yang mengandung informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

2. Cara Mengumpulkan Literatur
Untuk mengumpulkan literatur dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Apabila menemukan referensi yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, sebaiknya terbiasa untuk mencatat atau mengumpulkannya.
b. Sumber literatus dapat diperoleh dari majalah, koran, radio, hasil wawancara, jurnal atau hasil penelitian. Literatur dapat pula diperoleh dari internet, kantor atau lembagai khusus yang menyediakan berbagai sumber literatur, seperti negara kita ada Kantor Pusat Statistika dan perpustakaan-perpustakaan.
c. Bila literatur-literatur yang dikumpulkan itu telah memadai, maka untuk menyusun tulisan tentang kajian literatur cukuplah membaca lembaran-lembaran kertas berisi resume, komentar, dan bibliografi yang dibuat sebelumnya.

3. Cara Menulis Kajian Literatur
Kegiatan terakhir dari telaah teori adalah menyusun hasil telaahan terhadap berbagai sumber literatur untuk dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Mengingat penulisan laporan penelitian merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah, maka aturan penulisannya pun mengacu pada tata cara penulisan karya tulis ilmiah.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai cara menulis kutipan, yaitu sebagai berikut:
Kutipan-kutipan yang dibuat bisa dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk penting adalah quotasi, paraphrase, kesimpulan dan praisi. Quotasi adalah mengutip secara langsung tanpa mengubah satu katapun dari kata-kata pengarang. Dalam hal ini harus digunakan koma dua buka dan koma dua tutup. Paraphrase adalah mengutip seluruh isi bacaan dengan menggunakan kata-kata peneliti atau si pembaca sendiri. Ikhtisar atau summary adalah mencatat sinopsis atau kependekan dari keseluruhan pemikiran yang ada dalam bacaan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Precis (baca praisi) adalah pemendekan dari isi yang lebih padat dari summary, dengan memilih secara hati-hati material yang akan dipendekkan dengan menggunakan kata-kata sendiri yang tidak lari dari rencana orisinal artikel.
Secara singkat kutipan dapat dibagai menjadi dua macam yaitu:
1. kutipan langsung, yaitu kutipan yang diambil langsung dari sumber aslinya. Jika mengutip pendeka, maka ia dijalin delam teks dengan memberikan tanda petik, sedangkan yang panjang diberi tempat tersendiri dalam satu alinea tanpa adanya tanda petik. Sedangkan menurut E. Mulyasa cara menulis kutipan adalah sebagai berikut:
Jika kutipan merupakan kutipan pertama atau dikutip langsung dari penulisnya, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan dua tanda petik (“ ”). Jika bagian yang dikutip kurang dari empat baris, maka kutipan ditulis dengan menggunakan tanda petik dan penulisannya digabung ke dalam paragraf yang ditulis oleh pengutip dan diketik dengan jarak spasi seuai dengan pengetikan pada bagian naskah lainnya.

2. Kutipan tidak langsung, merupakan kesimpulan pikiran sendiri dari kutipan-kutipan yang ada. Ia dibuat tanpa memakai tanda petik. Sedangkan menurut E. Mulyasa, “jika kutipan tersebut diambil dari kutipan, maka cukup menggunakan satu tanda petik (‘ ’)”.

Setelah setelah literatur termuat dalam lembaran-lembaran khusus telah memadai banyaknya, (tentunya dengan ketentuan-ketentuan pengutipan di atas), langkah selanjutnya adalah memilih dan memilah yang relevan dan yang tidak relevan dengan pembahasan permasalahan penelitian. Siapkan sumber aslinya berdasarkan bibliografi yang dibuat pada lembaran tadi, apabila diperlukan.
Kemudian buatlah outline tentang kajian literatur yang akan ditulis. Tuliskan subjudul-subjudulnya berdasarkan pemilahan literatur pada lembaran-lembaran yang dibuat sebelumnya. Urutkan penguraian setiap subjudulnya sehingga yang lebih umum dibahas terlebih dahulu, sedangkan yang paling erat kaitannya dengan masalah diuraikan terakhir untuk menuju pada pernyataan hipotesis.
Jadi, uraian tentang kajian literatur diawali oleh hasil-hasil atau kesimpulan dari penelitian yang dilakukan peneliti lain. Kemudian memaparkan berbagai teori, pendapat atau hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada bagian akhir tinjauan literatur adalah kesimpulan yang memperlihatkan inti telaahan.


C. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar dirumuskan setelah masalah dan tujuan penelitian secara eksplisit. Asumsi adalah titik tolak logika berpikir dalam penelitian yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Asumsi menjadi dasar berpijak bagi penyelesaian masalah yang diteliti. Sedangkan menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmat ‘anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik’.
Dari contoh kehidupan sehari-hari sering orang berkata bahwa orang yang banyak makan akan menjadi gemuk. Yang ada di balik ucapan itu adalah suatu anggapan bahwa semua yang dimakan orang tentu dapat dicerna, kemudian berubah menjadi otot atau lemak. Inilah sebabnya maka orang menjadi gemuk. Contoh lain adalah dari panjangnya jam belajar dan pemberian waktu istirahat. Jadwal pelajaran di SMA tersebut 45 menit tiap jam pelajaran, dengan susunan tiga jam pelajaran istirahat lagi, dilanjutkan dua jam pelajaran lagi lalu bubar. Penyusunan ini didasarka atas suatu anggapan dasar bahwa: setelah belajar selama kurang lebih 135 menit, anak menjadi lelah.
Seorang peneliti memerlukan serangkaian kegiatan sebelum merumuskan anggapan dasar, seperti banyak membaca buku dan literatur yang relevan, mendengar ceramah, pendapat dan berita yang memberi abstraksi bagi perbendaharaan pengetahuannya. Singkatnya, asumsi yang baik harus didukung oleh studi pustaka untuk menguatkan teori yang mendukung penyelesaian masalah dalam penelitian.


D. Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah suatu rumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun/ mengarahkan penyelidikan selanjutnya. Sedangkan menurut Moh. Nazir dalam bukunya Metode Penelitian:
“hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta penduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementar dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Hipotesis merupakan ciri dari penelitian kuantitatif. Hipotesis juga merupakan kendali bagi peneliti agar arah penelitian yang dilakukan tidak ke mana-mana, selain dari tujuan penelitian. Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang rumusannya mudah dipahami serta memuat paling tidak variabel-variabel permasalahan penelitian, apakah variabel-variabel tersebut dihubungkan, diperbandingkan, ataukah diuji keberpengaruhannya. Selain itu, rumusan hipotesispun hendaknya memiliki nilai prediktif, bersifat konsisten dan harus dapat diuji.
2. Kegunaan Hipotesis
Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2. mmmenyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antarfakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3. sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antarfakta.


3. Cara Merumuskan Hipotesis
Bagaimana cara orang merumuskan hipotesis ini tidak ada aturan umumnya. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
a. hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.
d. Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.

Di bawah ini akan diberikan contoh rumusan hipotesis serta hubungannya dengan judul penelitian dan tujuan penelitian.


Judul Penelitian

Peningkatan Usaha Kerajinan Genteng dalam Rangka Penyerapan Tenaga Kerja dan Penambahan Pendapatan Keluarga Tani di Desa Berjo, Kecamatan Bidean, Daerah Istimewa Jogjakarta.







Tujuan Penelitian

1. memperoleh gambaran sampai seberapa jauh pengangguran musiman dapat diserap oleh kerajinan genteng.

2. mengetahui besarnya sumbangan usaha kerajinan genteng terhadap pendapatan total usaha tani.

3. mengetahui apakah usaha kerajinan genteng mempunyai hubungan yang bersifat komplementer ataukah substitusi terhadap usaha tani padi dalam hal alokasi pencurahan jam tenaga kerja. Hipotesis

1. Usaha kerajinan genteng dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan total keluarga petani, lebih besar daripada sifatnya yang sekarang.

2. Alokasi pencurahan jam tenaga kerja sektor usaha tani padi tanpa genteng masing-masing dapat diperkecil untuk dialihkan ke usaha kerajinan genteng.



4. Jenis-Jenis Hipotesis
Hipotesis yang isi dan rumusannya bermacam-macam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, dan tergantung dari pendekatan kita dalam membaginya. Hipotesis dapat kita bagi sebagai berikut:
a. Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan.
b. Hipotesis kerja vs hipotesi nul.
c. Hipotesis common sense dan ideal.
4.1. Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan.
Hipotesis tentan perbedaan dan hubungan merupakan hipotesis hubungan analitis. Hipotesis ini secara analitis, menyatakan hubungan atau perbedaan saru sifat dengan sifat yang lain.
Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling berhubungan antara dua variabel atau lebih, yang mendasari teknik korelasi ataupun regresi. Sedangkan hipotesis yang menjelaskan tentang perbedaan adalah adanya ketidaksamaan antarvariabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh variabel yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian yang komparatif.

4.2. Hipotesis kerja dan hipotesis nul
Hipotesis kerja mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif di dalamnya. Hipotesis kerja biasanya dirumuskan sebagai berikut:
“Andaikat…, maka ….”
Hipotesis kerja biasanya diuji untuk diterima dan dirumuskan oleh peneliti-peneliti ilmu sosial dalam desain yang noneksperimental. Dengan adanya hipotesis kerja, peneliti dapat bekerja lebih mudah dan terbimbing dalam memilih fenomena yang relevan dalam rangka memecahkan masalah penelitiannya.
Sedangkan hipotesis nul biasanya diuji dengan menggunakan statistika. Dalam hipotesis nul ini, selalu ada implikasi “tidak ada beda”. Perumusannya bisa dalam bentuk:
“tidak ada beda antara… dengan …”.
Hipotesis nul biasanya ditolak. Dengan menolak hipotesis nul maka kita menerima hipotesis pasangan, yang disebut hipotesis alternatif. Hipotesis nul biasanya digunakan dalam penelitian eksperimental.

4.3. Hipotesis tentang ideal vs common sense
Hipotesis common sense biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan. Contohnya hipotesis sederhana tentang produksi dan status kepemilikan tanah, dan sebagainya.
Sedangkan hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis ideal adalah peningkatan dari hipotesis analitis.








DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa, (2009), Praktek PTK, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Husein Umar, (2008), Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Moh. Nazir, (2005), Metode Penelitian, Bogor:Ghalia Indonesia.
M. Subana dan Sudrajat, (2005), Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia.
Suharsimi Arikunto, (2002), Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata, (2006), Metodologi Penelitian , Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.





STUDI PENDAHULUAN, KAJIAN LITERATUR, ASUMSI DAN HIPOTESA

A. STUDI PENDAHULUAN
1. Manfaat Studi Pendahuluan

Prof. Dr. Winarno Surakhmat menyebutkan tentang studi Pendahuluan ini dengan ekploratoris sebagai dua langkah, dan perbedaan antara langkah pertama dengan langkah ke dua ini adalah penemuan dan pengalaman. Memilih masalah adalah mendalami masalah itu, sehingga harus dilakukan secara lebih sistematis dan intensif.
Di dalam melakukan studi pendahuluan, mungkin ditemukan bahwa orang lain sudah berhasil memecahkan masalah yang ia ajukan sehingga tidak ada gunanya ia bersusuah payah menyelidiki. Mungkin ia juga mengetahui hal-hal yang relevan dengan masalahnya sehingga memperkuat keinginannya untuk meneliti karena justru orang lain juga masih mempermasalahkan. Dengan telah mengadakan studi pendahuluan, maka boleh jadi dapat dihemat tenaga dan biaya, di samping bagi calon peneliti tersebut menjadi lebih terbuka matanya dan menjadi lebih jelas permasalahannya.
Manfaat lain dari studi pendahuluan, yaitu peneliti menjadi yakin bahwa penelitiannya perlu dan dapat dilaksanakan. Sebagai pedoman perlu tidaknya atau dapat tidaknya penelitian dilaksanakan, peneliti harus ingat empat hal seperti yang disebutkan di bawah ini :
1. Apakah judul penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar sesuai dengan minatnya?
2. Apakah penelitian ini dapat dilaksanakan?
3. Apakah untuk penelitian yang akan dilakukan tersedia faktor pendukung?
4. Apakah hasil penelitian cukup bermanfaat?

Dari uraian di atas, secara singkat dapat dipaparkan manfaat mengadakan studi pendahuluan, yaitu sebagai berikut :
a. Memperjelas masalah
b. Menjajagi kemungkinan-kemungkinan dilanjutkannya penelitian.
c. Mengetahui apa yang sudah dihasilkan orang lain bagi penelitian yang serupa dan bagian mana dari permasalahan yang belum terpecahkan.

2. Cara Mengadakan Studi Pendahuluan
Sumber pengumpulan informasi untuk mengadakan studi pendahuluan ini dapat dilakukan pada tiga objek. Ketiga objek tersebut ada yang berupa tulisan-tulisan dalam kertas (paper), manusia (person), atau tempat (place). Olej karena dinyatakan dalam kata bahasa Inggris, untuk lebih mudah mengingat, disingkat dengan tiga p), yaitu :
1. paper; dapat berupa dokumen, buku-buku, majalah atau bahan tertulis lainnya, baik berupa teori, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya (finddngs). Studi ini disebut juga studi kepustakaan atau sudi literatur.
2. Person; bertemu, bertanya dan berkonsultasi dengan para ahli atau manusia sumber.
3. Place; tempat, lokasi atau benda-benda yang terdapat di tempat penelitian.
Dari uraian di atas, secara singkat dapat disimpulkan cara melakukan studi pendahuluan, yaitu:
1. Dengan membaca literatur, baik teori maupun penemuan (hasil penelitian terdahulu).
2. Mendatangi ahli-ahli atau manusia sumber untuk berkonsultasi dan memperoleh informasi.
3. mengadakan peninjauan atau ke tempat lokasi penelitian untuk melihat benda atau peristiwa.


B. KAJIAN LITERATUR
Beberapa sumber, ahli, maupun peneliti memberi istilah kajian literatur dengan sebutan kajian teori, studi literatur atau studi pustaka. Keberadaan kajian literatur dalam suatu laporan penelitian ilmiah (seperti skripsi, tesis dan lain-lainnya) untuk menghindari terjadinya duplikasi penelitian. Kajian literatur hadir dalam laporan penelitian ilmiah yang memerlukan kegiatan kepustakaan atau lapangan membutuhkan pembuktian secara teori dan pengujian data secara empiris. Selanjutnya pada resume ini akan dibahas maksud dan ruang lingkup kajian literatur, cara pengumpulan literatur, serta cara menulis kajian literatur.

1. Maksud dan Ruang Lingkup Kajian Literatur
Kajian literatur (telaah teori) merupakan salah satu kegiatan penelitian yang mencakup; memilih teori-teori hasil penelitian, mengidentifikasi literatur, menganalisis dokumen, serta menerapkan hasil analisis tadi sebagai landasan teori bagi penyelesaian masalah dalam penelitian yang dilakukan. Intinya, kegiatan yang dilakukan adalah mencari teori atau landasan berpikir yang tepat sebagai penguat proses penyelesaian masalah. Teori yang tepat maksudnya adalah teori-teori yang bersesuaian dengan ruang lingkup masalah. Selain itu telaah teori dimaksudkan untuk mengetahui sudah sejauh mana penelitian yang dilakukan tentang masalah yang akan diteliti (bila sudah pernah ada penelitian). Bila belum pernah diteliti, untuk meyakini bahwa penelitian yang akan ditempuh yang memungkinkan untuk dilakukan, karena didukung oleh teori yang ada. Selain itu, telaah teori dapat membantu menentukan metodologi yang tepat sekaligus memberikan interpretasi tentang keberhasilan penelitian yang dilakukan.
Adapun ruang lingkup telaah teori meliputi pengidentifikasian, penjelasan dan penguraian secara sistematis dokumen-dokumen yang mengandung informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

2. Cara Mengumpulkan Literatur
Untuk mengumpulkan literatur dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Apabila menemukan referensi yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, sebaiknya terbiasa untuk mencatat atau mengumpulkannya.
b. Sumber literatus dapat diperoleh dari majalah, koran, radio, hasil wawancara, jurnal atau hasil penelitian. Literatur dapat pula diperoleh dari internet, kantor atau lembagai khusus yang menyediakan berbagai sumber literatur, seperti negara kita ada Kantor Pusat Statistika dan perpustakaan-perpustakaan.
c. Bila literatur-literatur yang dikumpulkan itu telah memadai, maka untuk menyusun tulisan tentang kajian literatur cukuplah membaca lembaran-lembaran kertas berisi resume, komentar, dan bibliografi yang dibuat sebelumnya.

3. Cara Menulis Kajian Literatur
Kegiatan terakhir dari telaah teori adalah menyusun hasil telaahan terhadap berbagai sumber literatur untuk dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Mengingat penulisan laporan penelitian merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah, maka aturan penulisannya pun mengacu pada tata cara penulisan karya tulis ilmiah.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai cara menulis kutipan, yaitu sebagai berikut:
Kutipan-kutipan yang dibuat bisa dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk penting adalah quotasi, paraphrase, kesimpulan dan praisi. Quotasi adalah mengutip secara langsung tanpa mengubah satu katapun dari kata-kata pengarang. Dalam hal ini harus digunakan koma dua buka dan koma dua tutup. Paraphrase adalah mengutip seluruh isi bacaan dengan menggunakan kata-kata peneliti atau si pembaca sendiri. Ikhtisar atau summary adalah mencatat sinopsis atau kependekan dari keseluruhan pemikiran yang ada dalam bacaan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Precis (baca praisi) adalah pemendekan dari isi yang lebih padat dari summary, dengan memilih secara hati-hati material yang akan dipendekkan dengan menggunakan kata-kata sendiri yang tidak lari dari rencana orisinal artikel.
Secara singkat kutipan dapat dibagai menjadi dua macam yaitu:
1. kutipan langsung, yaitu kutipan yang diambil langsung dari sumber aslinya. Jika mengutip pendeka, maka ia dijalin delam teks dengan memberikan tanda petik, sedangkan yang panjang diberi tempat tersendiri dalam satu alinea tanpa adanya tanda petik. Sedangkan menurut E. Mulyasa cara menulis kutipan adalah sebagai berikut:
Jika kutipan merupakan kutipan pertama atau dikutip langsung dari penulisnya, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan dua tanda petik (“ ”). Jika bagian yang dikutip kurang dari empat baris, maka kutipan ditulis dengan menggunakan tanda petik dan penulisannya digabung ke dalam paragraf yang ditulis oleh pengutip dan diketik dengan jarak spasi seuai dengan pengetikan pada bagian naskah lainnya.

2. Kutipan tidak langsung, merupakan kesimpulan pikiran sendiri dari kutipan-kutipan yang ada. Ia dibuat tanpa memakai tanda petik. Sedangkan menurut E. Mulyasa, “jika kutipan tersebut diambil dari kutipan, maka cukup menggunakan satu tanda petik (‘ ’)”.

Setelah setelah literatur termuat dalam lembaran-lembaran khusus telah memadai banyaknya, (tentunya dengan ketentuan-ketentuan pengutipan di atas), langkah selanjutnya adalah memilih dan memilah yang relevan dan yang tidak relevan dengan pembahasan permasalahan penelitian. Siapkan sumber aslinya berdasarkan bibliografi yang dibuat pada lembaran tadi, apabila diperlukan.
Kemudian buatlah outline tentang kajian literatur yang akan ditulis. Tuliskan subjudul-subjudulnya berdasarkan pemilahan literatur pada lembaran-lembaran yang dibuat sebelumnya. Urutkan penguraian setiap subjudulnya sehingga yang lebih umum dibahas terlebih dahulu, sedangkan yang paling erat kaitannya dengan masalah diuraikan terakhir untuk menuju pada pernyataan hipotesis.
Jadi, uraian tentang kajian literatur diawali oleh hasil-hasil atau kesimpulan dari penelitian yang dilakukan peneliti lain. Kemudian memaparkan berbagai teori, pendapat atau hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada bagian akhir tinjauan literatur adalah kesimpulan yang memperlihatkan inti telaahan.


C. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar dirumuskan setelah masalah dan tujuan penelitian secara eksplisit. Asumsi adalah titik tolak logika berpikir dalam penelitian yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Asumsi menjadi dasar berpijak bagi penyelesaian masalah yang diteliti. Sedangkan menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmat ‘anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik’.
Dari contoh kehidupan sehari-hari sering orang berkata bahwa orang yang banyak makan akan menjadi gemuk. Yang ada di balik ucapan itu adalah suatu anggapan bahwa semua yang dimakan orang tentu dapat dicerna, kemudian berubah menjadi otot atau lemak. Inilah sebabnya maka orang menjadi gemuk. Contoh lain adalah dari panjangnya jam belajar dan pemberian waktu istirahat. Jadwal pelajaran di SMA tersebut 45 menit tiap jam pelajaran, dengan susunan tiga jam pelajaran istirahat lagi, dilanjutkan dua jam pelajaran lagi lalu bubar. Penyusunan ini didasarka atas suatu anggapan dasar bahwa: setelah belajar selama kurang lebih 135 menit, anak menjadi lelah.
Seorang peneliti memerlukan serangkaian kegiatan sebelum merumuskan anggapan dasar, seperti banyak membaca buku dan literatur yang relevan, mendengar ceramah, pendapat dan berita yang memberi abstraksi bagi perbendaharaan pengetahuannya. Singkatnya, asumsi yang baik harus didukung oleh studi pustaka untuk menguatkan teori yang mendukung penyelesaian masalah dalam penelitian.


D. Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah suatu rumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun/ mengarahkan penyelidikan selanjutnya. Sedangkan menurut Moh. Nazir dalam bukunya Metode Penelitian:
“hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta penduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementar dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Hipotesis merupakan ciri dari penelitian kuantitatif. Hipotesis juga merupakan kendali bagi peneliti agar arah penelitian yang dilakukan tidak ke mana-mana, selain dari tujuan penelitian. Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang rumusannya mudah dipahami serta memuat paling tidak variabel-variabel permasalahan penelitian, apakah variabel-variabel tersebut dihubungkan, diperbandingkan, ataukah diuji keberpengaruhannya. Selain itu, rumusan hipotesispun hendaknya memiliki nilai prediktif, bersifat konsisten dan harus dapat diuji.
2. Kegunaan Hipotesis
Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2. mmmenyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antarfakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3. sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antarfakta.


3. Cara Merumuskan Hipotesis
Bagaimana cara orang merumuskan hipotesis ini tidak ada aturan umumnya. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
a. hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.
d. Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.

Di bawah ini akan diberikan contoh rumusan hipotesis serta hubungannya dengan judul penelitian dan tujuan penelitian.


Judul Penelitian

Peningkatan Usaha Kerajinan Genteng dalam Rangka Penyerapan Tenaga Kerja dan Penambahan Pendapatan Keluarga Tani di Desa Berjo, Kecamatan Bidean, Daerah Istimewa Jogjakarta.







Tujuan Penelitian

1. memperoleh gambaran sampai seberapa jauh pengangguran musiman dapat diserap oleh kerajinan genteng.

2. mengetahui besarnya sumbangan usaha kerajinan genteng terhadap pendapatan total usaha tani.

3. mengetahui apakah usaha kerajinan genteng mempunyai hubungan yang bersifat komplementer ataukah substitusi terhadap usaha tani padi dalam hal alokasi pencurahan jam tenaga kerja. Hipotesis

1. Usaha kerajinan genteng dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan total keluarga petani, lebih besar daripada sifatnya yang sekarang.

2. Alokasi pencurahan jam tenaga kerja sektor usaha tani padi tanpa genteng masing-masing dapat diperkecil untuk dialihkan ke usaha kerajinan genteng.



4. Jenis-Jenis Hipotesis
Hipotesis yang isi dan rumusannya bermacam-macam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, dan tergantung dari pendekatan kita dalam membaginya. Hipotesis dapat kita bagi sebagai berikut:
a. Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan.
b. Hipotesis kerja vs hipotesi nul.
c. Hipotesis common sense dan ideal.
4.1. Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan.
Hipotesis tentan perbedaan dan hubungan merupakan hipotesis hubungan analitis. Hipotesis ini secara analitis, menyatakan hubungan atau perbedaan saru sifat dengan sifat yang lain.
Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling berhubungan antara dua variabel atau lebih, yang mendasari teknik korelasi ataupun regresi. Sedangkan hipotesis yang menjelaskan tentang perbedaan adalah adanya ketidaksamaan antarvariabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh variabel yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian yang komparatif.

4.2. Hipotesis kerja dan hipotesis nul
Hipotesis kerja mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif di dalamnya. Hipotesis kerja biasanya dirumuskan sebagai berikut:
“Andaikat…, maka ….”
Hipotesis kerja biasanya diuji untuk diterima dan dirumuskan oleh peneliti-peneliti ilmu sosial dalam desain yang noneksperimental. Dengan adanya hipotesis kerja, peneliti dapat bekerja lebih mudah dan terbimbing dalam memilih fenomena yang relevan dalam rangka memecahkan masalah penelitiannya.
Sedangkan hipotesis nul biasanya diuji dengan menggunakan statistika. Dalam hipotesis nul ini, selalu ada implikasi “tidak ada beda”. Perumusannya bisa dalam bentuk:
“tidak ada beda antara… dengan …”.
Hipotesis nul biasanya ditolak. Dengan menolak hipotesis nul maka kita menerima hipotesis pasangan, yang disebut hipotesis alternatif. Hipotesis nul biasanya digunakan dalam penelitian eksperimental.

4.3. Hipotesis tentang ideal vs common sense
Hipotesis common sense biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan. Contohnya hipotesis sederhana tentang produksi dan status kepemilikan tanah, dan sebagainya.
Sedangkan hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis ideal adalah peningkatan dari hipotesis analitis.








DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa, (2009), Praktek PTK, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Husein Umar, (2008), Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Moh. Nazir, (2005), Metode Penelitian, Bogor:Ghalia Indonesia.
M. Subana dan Sudrajat, (2005), Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia.
Suharsimi Arikunto, (2002), Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata, (2006), Metodologi Penelitian , Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Keterampilan Memberi Penguatan

ReSUME
KETERMPILAN MEMBERI PENGUATAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Mikro Teaching



OLEH :
Nur Aini
Nurrafiqah
R. Rizal Setiawan
Saini Muklim

Prodi : S1 PGMI
Lokal : B
Semester : VI


DOSEN PENGAMPU :
Drs. Erdi Indra

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
STAI AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN
2010
KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
PENGANTAR
Penghargaan mempunyai pengaruh yang positif dalam kehidupan manusia sehari – hari, yaitu mendorong seseorang memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatannya atau usahanya. Sedangkan secara psikologis, setiap orang mengharapkan adanya penghargaan terhadap suatu usaha yang telah dilakukannya.penghargaan yang diberikan terhadap seseorang yang telah menunjukkan perbuatan baik, tidak selalu harus dalam bentuk materi, akan tetapi bisa dilakukan dalam bentuk – bentuk lain seperti memberikan pujian dengan ucapan terima kasih, bagus, sikapmu sangat baik, pakaianmu rapi, atau kata – kata lain yang sejenis dimana diharapkan orang yang mendapat penghargaan merasa dihargai. Pujian melalui kata – kata atau memberikan respon positif terhadap prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dikategorikan sebagai penguatan.
Dalam kehidupan sehari – hari penguatan bukan merupakan sesuatu yang asing, meskipun banyak yang tidak menyadari bahwa yang dimunculkan tersebut adalah penguatan. Misalnya seorang anak diberi hadiah sepeda karena berhasil memenangkan lomba gerak jalan atau seseorang mengucapkan terima kasih setelah menerima sesuatu.
Dalam proses pembelajaran, penghargaan atau pujian terhadap perbuatan baik yang dilakukan oleh siswa merupakan hal yang sangat diperlukan, sehingga dengan penguatan tersebut diharapkan siswa akan terus berusaha berbuat lebih baik. Misalnya guru yang tersenyum atau mengucapkan kata – kata bagus kepada siswa yang dapat mengerjakan pekerjaan rumah yang baik akan besar pengaruhnya kepada siswa. Siswa tersebut akan merasa puas dan merasa diterima atas hasil yang telah dicapai dan siswa lain diharapkan akan berbuat seperti itu. Di dalam buku Pembelajaran Mikro dikatakan bahwa anak butuh pengakuan terhadap sesuatu yang dilakukannya, adanya pengakuan akan menimbulkan dampak positif terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus melatih diri dengan berbagai jenis penguatan dan membiasakan diri untuk menerapkannya dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar berisi sajian materi untuk dikuasai oleh anak, akan tetapi bermuatan nilai – nilai edukatif untuk membentuk pribadi – pribadi yang baik yang selalu saling menghargai.
Untuk lebis membuka pemahaman kita tentang apa itu penguatan, pada bagian berikut akan dijelaskan mengenai pengertian penguatan, tujuan memberikan pengauatan, prinsif – prinsif pengguanaan penguatan, macam – macam penguatan dan instrumen observasi terhadap keterampilan memberikan penguatan itu sendiri.
A. Pengertian Penguatan
Berikut ini akan dijabarkan pengertian penguatan menurut berbagai sumber yang penulis dapatkan di antaranya adalah :
1. Penguatan adalah respon yang diberikan atas prilaku atau perbuatan yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya kembali atau meningkatnya prilaku atau perbuatan yang dianggap baik tersebut.
2. Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi.
3. Penguatan adalah respon terhadap suatu prilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali prilaku tersebut.
4. Penguatan adalah respon yang diberikan terhadap prilaku atau perbuatan baik, yang dapat memacu terulangnya perbuatan baik tersebut.
5. Penguatan adalah respon yang diberikan oleh guru terhadap prilaku siswa yang baik yang menyebabkan siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan prilaku yang baik tersebut.
Dari beberapa definisi penguatan tersebut di atas, dapat penulis simpulkan bahwa penguatan dalam proses pembelajaran adalah segala bentuk respon yang diberikan oleh guru baik yang bersifat verbal ataupun nonverbal terhadap tingkah laku siswa dengan tujuan untuk memberikan umpan balik atas perbuatan siswa tersebut. Dalam hal ini adalah perbuatan siswa yang baik diharapkan terulang kembali dan memotivasi siswa yang lain untuk berbuat hal yang sama seperti siswa yang diberikan penguatan tadi. Namun tidak tertutup kemungkinan guru memberikan respon terhadap prilaku siswa yang tidak baik, akan tetapi pada prinsifnya dalam hal ini sebaiknya guru menghindari respons yang negatif.


B. Tujuan Pemberian Penguatan
Secara umum, pemberian penguatan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah :
1. Meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi ajar
Malalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap prilaku belajar siswa, siswa akan merasa diperhatikan oleh gurunya . Dengan demikian, perhatian siswapun akan semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respons yang diberikan kepada siswanya. Apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnyapun akan semakin baik pula. Misalnya ketika siswa melakukan diskusi, kemudian guru memberikan pujian dengan kalimat “cara kamu memberikan argumentasi sudah tepat”. Penguatan yang diberikan melalui kalimat tadi akan menambah motivasi pada kegiatan diskusi selanjutnya, sehingga siswa akan semakin kritis dan mampu menyampaikan argumentasi yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.
2. Memudahkan siswa belajar.
Tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa belajar. Untuk memudahkan belajar harus ditunjang oleh kebiasaan – kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan respon – respon (penguatan) yag akan semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksplorasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.
3. Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa
Rasa percaya diri merupakan modal dasar dalam belajar. Perasaan khawatir, ragu – ragu, takut salah dan perasaan – perasaan negatif yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan – perasaan negatif dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.
4. Memelihara iklim kelas yang kondusif
Suasana kelas yang menyenangkan, aman dan dinamis akan mendorong aktivitas belajar siswa lebih maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana kelas akan lebih demokratis, sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba dan melakukan perbuatan – perbuatan belajar lainnya. Hal ini tentu saja sebagai dampak dari adanya respon yang mengiringi terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan oleh siswa.
Sedangkan Drs. Soetomo mengatakan tujuan memberikan penguatan adalah:
1. Dapat meningkatkan perhatian siswa dan motivasi siswa terhadap materi
2. Dapat mendorong siswa untuk berbuat lebih baik dan produktif
3. Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan kepada diri siswa itu sendiri
4. Dapat menimbulkan interaksi antar siswa secara aktif
5. Dapat meningkatkan cara belajar siswa aktif
6. Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
C. Prinsif – Prinsif Penggunaan Penguatan
Agar penguatan yang diberiakan guru dapat berfungsi secara efektif, guru hendaknya memperhatikan prinsif – prinsif pemberian penguatan sebagai berikut :


1. Kehangatan dan keantusisan
Penguatan yang diberikan untuk memenuhi prinsif ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan wajah berseri disertai
dengan senyuman, suara riang penuh perhatian, atau sikap yang sungguh – sungguh memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan memang diberikan secara sungguh – sungguh. Sebaliknya, penguatan yang diberikann dengan suara lesu, sikap acuh tak acuh, wajah yang murung, tidak akan ada dampak positifnya bagi para siswa, bahkan hanya akan menimbulkan kesan negatif bagi siswa.
2. Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru haruslah membuat siswa memang merasa bahwa penampilan atau tindakannya patut diberi penguatan, sehingga siswa terdorong untuk meningkatkan penampilannya. Misalnya, jika guru mengatakan “model yang kamu rancang sangat menarik”, hendaklah model yang dibuat siswa tersebut memang benar – benar menarik dan patut dibahas, sehingga siswa benar – benar merasa bahwa ia memang patut mendapat pujjian. Dengan perkataan lain, pujian itu bermakna bagi dia, yaitu dapat mendorong ia untuk bekerja lebih giat dalam menciptakan model. Namun jika model yang dibuat sangat kasar dan tidak sesuai dengan tugas yang diberikan, sebaiknya guru jangan memuji model tersebut, tetapi hanya mencoba menyadaran siswa tersebut akan hasil karyanya. Misalnya dengan mengatakan : “saya tahu kamu sudah bekerja keras menciptakan model ini, kalau bagian – bagian ini kamu perhalus lagi, modelmu akan menjadi lebih baik.


3. Menghindari Penggunaan Respon Negatif
Respon negatif seperti kata – kata kasar, cercaan, hukuman, atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh untuk menghancurkan iklim kelas yang kondusif maupun kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu, guru hendaknya menghindari segala jenis respon negatif tersebut. Jika siswa memberikan jawaban atau menunjukkan penampilan yang tidak memuaskan, guru hendaknya menahan diri dari keinginan mencela atau mengejek jawaban atau penampilan tersebut. Dalam hal jawaban yang keliru terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru, guru dapat mengalihkan pertanyaan tersebut kepada siswa lain. Dengan cara begini, tanpa diucapkan oleh guru, siswa akan menyadari bahwa jawabannya kurang sempurna (jika yang ditunjukkan siswa adalah penampilan yang tidak sempurna).
Di samping ketiga prinsif penggunaan tersebut di atas, dalam memberikan penguatan guru hendaknya memperhatikan hal – hal berikut :
1. Sasaran Penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru haruslah jelas. Dalam hal ini guru dapat memberikan penguatan kepada pribadi tertentu, misalnya : “Tita, karanganmu hari ini bagus sekali”. Kepada kelompok siswa, ataupun kepada seluruh siswa secara utuh, misalnya : “wah ibu bangga benar dengan kedisiplinan kelas 2a ini”. Dengan demikian, setiap penguatan yang diberikan oleh guru haruslah jelas sasarannya, apakah ditujukan kepada pribadi tertentu, kepada kelompok kecil siswa, atau kepada seluruh siswa.
2. Penguatan harus diberikan dengan segera
Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan. Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.
3. Variasi Dalam Penguatan
Pemberian penguatan haruslah dilakukan dengan variasi yang kaya hingga dampaknya cukup tinggi bagi siswa yang menerimanya.
Lebih ringkas Dr.IG. AK Wardana, dkk mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan penguatan, di antaranya adalah :
a) Harus diberikan dengan hangat dan antusias sehingga siswa dapat merasakan kehangatan tersebut.
b) Harus bermakna, yaitu sesuai dengan prilaku yang diberikan penguatan.
c) Hindarkan respons yang negatif terhadap jawaban siswa.
d) Siswa yang diberikan penguatan harus jelas (sebutkan namanya, atau tujukan pandangan kepadanya).
e) Penguatan dapat juga diberikan kepada kelompok siswa tertentu.
f) Agar menjadi lebih efektif, penguatan harus diberikan segera setelah prilaku yang baik ditunjukkan.
g) Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.
D. Macam – Macam Penguatan
1. Penguatan Verbal
Penguatan verbal merupakan respon yang diberikan oleh guru terhadap prilaku belajar siswa. respon yang diberikan melalui penguatan verbal ini yaitu dalam bentuk kata – kata atau ucapan secara lisan. Adapun kata – kata atau ucapan lisan sebagai bentuk penguatan tersebut misalnya :
• Kata – kata : bagus, baik, luar biasa, ya, betul, tepat, atau kata – kata lain yang sejenis.
• Kalimat : pekerjaanmu rapi sekali, seratus buat kamu, tepat sekali yang kamu katakan, dan sebagainya. Dalam sumber lain dapat penulis jabarkan contoh penguatan secara verbal :
Guru : “anak – anak, siapa di antara kalian yang mengetahui salah satu sifat udara! (guru memberi kesempatan kepada siswa, kemudian menunjuk salah seorang siswa) “ coba kamu, Irwan!” (sambil menunjuk kepada Irwan)
Irwan : “udara mempunyai bentuk seperti wadahnya, Bu!”
Guru : “Bagus, itu jawaban yang tepat. Ibu senang mempunyai siswa yang dapat menjawab dengan baik seperti kamu.”
2. penguatan Non-Verbal
penguatan verbal pada dasarnya yaitu respon terhadap prilaku belajar siswa yang dilakukan tidak dengan kata – kata atau ucapan lisan, melainkan dengan perbuatan atau isyarat – isyarat tertentu yang menunjukkan adanya pertautan dengan perbuatan siswa. Adapun jenis – jenis respon (penguatan) yang digolongkan ke dalam penguatan non-verbal antara lain sebagai berikut :
a) Mimik dan gerakan badan
Mimik muka dan gerakan badan tertentu yang dilakukan oleh guru seperti : mengekspresikan wajah ceria, senyuman, anggukan kepala, mengacungkan ibu jari, tepukan tangan dan gerakan – gerakan badan lainnya sebagai tanda kepuasan guru terhadap respon siswa merupakan bentuk penguatan. Secara psikologis, siswa yang menerima perlakuan guru tersebut tentu saja akan menyenangkan dan akan memperkuat pengalaman belajar bagi siswa. dalam pelaksanaannya, penguatan non-verbal dapat dikombinasikan dengan penguatan verbal, misalnya sambil mengatakan “bagus” guru menyertainya dengan acungan ibu jari dan lain sebagainya.
b) Gerak mendekati
Gerak mendekati dilakukan guru dengan cara menghampiri siswa, berdiri di samping siswa atau bahkan duduk bersama – sama dengan siswa. Pada saat guru mendekati, siswa merasa diperhatikan sehingga siswa akan merasa senang dan aman. Kegiatan mendekati sebagai salah satu bentuk penguatan non-verbal yang dalam pelaksanaannya bisa dikombinasikan dengan penguatan verbal. Misalnya sambil mendekati siswa, guru menyampaikan pujian secara lisan, “bagus, teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya.
c) Sentuhan
Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan adany kontak fisik antara guru dengan siswa (gesturing). Jabatan tangan, menepuk, mengelus anggota badan tertentu yang dianggap tepat. Agar sentuhan yang dilakukan berfungsi secara efektif sebagai salah satu bentuk penguatan, maka pelaksanaannya harus mempertimbangkan berbagai unsur, seperti kultur, etika, moral, dan kondisi siswa itu sendiri. Hal ini penting agar sentuhan yang dilakukan tidak menimbulkan masalah yang akan menghilangkan fungsi sentuhan sebagai bentuk penguatan.
d) Kegiatan yang menyenangkan
Untuk meningkatkan perhatian dan motivasi belajar siswa, guru dapat melakukan penguatan dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan kemampuannya sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. Misalnya bagi siswa yang telah menyelesaikan tugas lebih dulu, guru memberi kesempatan kepada siswa tersebut untuk membimbing temannya yang belum selesai. Dengan memberi kesempatan kepada siswa menampilkan kelebihan yang dimiliki, siswa akan merasa dihargai dan dengan demikian akan semakin menambah keyakinan, kepercayaan diri yang sangat perlu dimiliki oleh setiap siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
e) Pemberian simbol atau benda
Simbol adalah tanda – tanda yang diberikan atau dilakukan guru terkait dengan prilaku belajar siswa. misalnya memberi tanda ceklis, paraf, komentar tertulis, tanda bintang, dan lain – lain. Demikian juga dengan pemberian benda dapat dibenarkan selama benda yang diberikan itu bersifat mendidik. Hanya saja hal ini jangan terlalu sering digunakan agar tidak sampai terjadi kebiasaan siswa mengharap sesuatu sebagai imbalan (untuk variasi saja).
f) Penguatan tak penuh
Penguatan tak penuh yaitu respon atas sebagian prilaku belajar siswa yang belum tuntas. Misalnya, bila seorang siswa hanya memberikan jawaban sebagian benar, sebaiknya guru mengatakan, “ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih belum sempurna, sehingga siswa tersebut mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya. Contoh :
Guru : anak – anak, “sebutkan fungsi uang! (guru memberikan kesempatan kepada siswa kemudian menunjuk salah seorang siswa), coba kamu, Lenny!”
Lenny : uang sebagai alat pembayaran pak!
Guru : seratus untuk Lenny, sebutkan pula yang lain!
Lenny : memikirkan jawaban yang diminta guru.







Contoh instrumen observasi keterampilan memberi penguatan
INSTRUMEN OBSERVASI
Keterampilan Memberi Penguatan
(tulislah frekuensi penggunaan)


Sekolah : …………………
Guru : ………………………… Kelas : ………………...
Komponen keterampilan Yang dilakukan atau diucapkan komentar
5 menit I 5 menit II 5 menit III
1. Verval (kata – kata) :
a) Baik
b) Bagus sekali
c) Terima kasih
d) Betul sekali
e) …………
2.Verbal (kalimat) :
a) Jawabanmu tepat sekali
b) Itu suatu pertanyaan yang baik sekali
c) Saya setuju dengan pendapatmu
d) Pikiranmu sangat kritis
e) …………………………………...
3. Gestural :
a) Menaikkan jempol
b) Anggukan menyetujui
c) Senyum
d) Tepuk tangan
e) …………...........................................
4. Kontak
a) Tepuk pundak
b) Jabat tangan
c) Mengangkat tangan siswa
d) ……………………………….
e) …………………………………
Tanggal : ………………………….
Supervisor,

………………......
Sumber : buku Proses Belajar Mengajar. Drs. J.J. Hasibuan, Dip. Ed dan Drs. Moedjiono.