Sabtu, 25 September 2010

SCL 1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyebab rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia terletak pada kegagalan pendidikan dalam mengemban amanahnya, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan di Indonesia yang cenderung mengikuti tuntutan dunia industri-kapitalis ternyata membawa banyak permasalahan baru. Dunia pendidikan Indonesia perlu melakukan redefinisi dan reorientasi dalam mengembalikan makna, fungsi dan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Salah satu pendekatan yang perlu ditinjau ulang adalah mengenai siswa sebagai subjek pembelajar. Mengenali, memahami dan menyentuh setiap aspek/potensi siswa adalah kunci keberhasilan proses belajar-mengajar. Konsekuensi logisnya, guru/pendidik harus menyadari adanya individual differences pada siswa. Dari sini, guru/pendidik dapat mengimplementasikan metode dan kurikulum serta media dan instrumen pendidikan yang menunjang optimalisasi potensi siswa. Dengan demikian, diharapkan guru dapat membantu memfasilitasi dan mengoptimalkan potensi siswa selama proses belajar-mengajar. (1)
Seseorang atau masyarakat dengan kapasitas dan kualitas berpikir global, mampu berperan dan menciptakan kemasalahatan bagi lingkungannya merupakan bagian dari visi reformasi. Hal ini secara eksplisit tertuang dalam visi mikro dan makro pendidikan nasional: “Terwujudnya individu manusia baru (masyarakat Indonesia baru) yang memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak yang tinggi, kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan menjunjung hak asasi manusia, serta berpengertian dan berwawasan global”. (2)
Dari hal tersebut maka perlu adanya sebuah inovasi dan perubahan dalam system pembelajaran pada sekolah-sekolah yang awalnya kebanyakan menggunakan prinsip teacher centre learning (guru sebagai pusat) beralih ke dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang tertuang dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian pembalajaran Student Centered Learning?
2. Apa saja prinsip dalam pembelajaran Student Centered Learning?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Apa pengertian pembalajaran Student Centered Learning.
2. Apa saja prinsip dalam pembelajaran Student Centered Learning.

















BAB II
STUDENT CENTERED LEARNING
(PEMBELAJARAN YANG DIPUSATKAN KEPADA SISWA)

A. Pengertian Pembelajaran Student Centered Learning
Terkait dengan mutu SDM, Tilaar (2000) menyarankan bentuk pendidikan pemberdayaan. “…pendidikan pemberdayaan yaitu yang bertujuan memberdayakan setiap anggota masyarakat untuk dapat berprestaasi setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuan yang telah dikembangkan didalam diri sendiri”. Dari sudat pandang lain, kualitas pendidikan dapat ditingkatkan melalui “adanya perubahan sosial yang memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan”. (3)
Siswa sebagai subjek dan pusat pembelajaran (Student Centered Learning) berarti menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran dan mengakui perbedaan potensi siswa adalah kesadaran dasar yang harus dipahami dalam memandang siswa sebagai input dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk mengenali potensi akademik dan kepribadian siswa. Individual differences akan menentukan tingkat kecepatan siswa dalam merespon dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Konsekuensi-nya, beberapa siswa akan belajar lebih cepat dan dapat mengambil program akselerasi/pengayaan atau bahkan mendapat kesempatan untuk loncat kelas. Siswa yang memerlukan waktu yang lebih banyak atau kurang mampu menyerap pelajaran berdasarkan standar kelas dipersilakan menjalani progran remedial untuk mengulang dan menguatkan pemahaman terhadap topik pelajaran yang kurang dikuasai. (4)
Untuk mengakomodasi minat yang berbeda, guru dapat melakukan grouping berdasarkan area atau mata pelajaran/ilmu tertentu. Pembelajaran tematik juga dapat disajikan untuk menampung minat siswa agar kurikulum lebih dapat dikembangkan dan lebih dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Berikut definisi tentang pembelajaran tematik: “Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu, dengan mengelola pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembicaraan yang disebut tema”. (5)

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Student Centered Learning
Pembelajaran Student Centered Learning mempunyai beberapa konsep umum/prinsip-prinsip umum seperti:
a. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
b. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
c. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
d. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
e. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
f. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai keterkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
g. Tujuan dari proses pembelajaran adalah mendidik dan membekali siswa dengan seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, moral dan keterampilan untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dapat dicapai. Hal ini juga dapat menjadikan pembelajaran Sosial lebih menarik, penuh tantangan dan semangat dalam mempelajarinya. Oleh karena itu lebih tepat, kalau anak didik dipandang sebagai subyek dalam proses belajar. (6)
Model pembelajaran yang dilakukan dapat mencoba menggabungkan antara strategi mengajar bentuk dan dinamika proses demokrasi dengan proses inkuiri akademik. Proses pembelajaran yang berupa pengetahuan sosial berorientasi terhadap pemecahan masalah. Jadi, siswa dapat berdiskusi dalam mencari makna agar dapat mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain.
Sehingga timbul harapan adanya pengembangan potensi siswa secara optimal untuk belajar mandiri serta belajar bersama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam wawasan ini guru secara fleksibel menempatkan diri agar siswa menjadi semangat dalam pembelajaran. Pada saat-saat tertentu guru membiarkan anak mengeksplorasi dan bereksperimen sendiri dengan lingkungannya. Maka proses yang terjadi akan beragam sesuai dengan konteks kulturalnya.
Pembelajaran ini sebenarnya bukan merupakan sebuah pembelajaran yang asing bagi persepektif pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantoro, seorang tokoh pendidikan nasional, sudah lama memperkenalkan pendekatan pendidikan yang diungkapkan melalui tiga prinsip utama peran pendidik, yaitu; ‘ing ngarso sung tulodo’ (bila berada di depan anak didik, beri contoh tauladan), ‘ing madyo mbangun karso’(bila berada di tengah-tengah siswa, bangunkan keinginan anak untuk belajar), dan tut wuri handayani (bila dibelakang anak didik, beri dorongan semangat). Tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat terfokus dalam memberikan penilaian atau evaluasi pada usaha-usaha pendidikan. (7)
Dalam hal ini melalui pendekatan juga merupakan usaha yang penting.Pendekatan kontruktivis sosial untuk pengajaran menekankan pada konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikontribusi secara bersama (mutual).Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi murid untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahamaan mereka saat mereka bertemu dengan pemikiran orang lain dan saat mereka berpartisipasi dalam pencarian pemahaman bersama. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran murid. Ada pergeseran konseptual dari individual ke kolaborasi, interaksi sosial dan aktivitas sosiokultural. Murid mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Isi dari pengetahuan ini dipengaruhi oleh kultur di mana murid tinggal, yang mencakup bahasa, keyakinan, dan keahlian /ketrampilan. Dalam salah satu analisis terhadap pendekatan konstruktivis sosial, guru dikatakan tertarik untuk melihat pembelajaran melalui tatapan mata murid. (8)

















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tantangan berat yang harus dihadapi dunia pendidikan Indonesia, menuntut upaya pembenahan yang serius dan menyeluruh dalam setiap aspeknya. Redefinisi makna dan tujuan pendidikan haruslah disadari sebagai langkah awal perbaikan sistem pendidikan, bersama semua bagian yang terlibat didalamnya. Agar SDM Indonesia dapat bersaing dan mampu berdiri sejajar dengan masyarakat dunia luar, penguasaan atas teknologi dan informasi mutlak diperlukan. Tidak kalah penting dari itu adalah aspek kepribadian bangsa. Pendidikan demi meningkatkan kualitas keahlian dan pengetahuan dan dari sisi kemanusiaan manusia (Educated and Civilized Human Being).
Satu hal penting yang berkaitan dengan proses belajar disekolah ialah mengubah sudut pandang terhadap siswa. Siswa, dengan segala potensi dan aspek kepribadianya, adalah subjek yang memiliki kemampuan dan kualitas yang unik. Pengakuan dan pemahaman atas beragamnya bentuk kecerdasan, pandangan yang seimbang terhadap potensi akademik (kecerdasan, bakat dan kreativitas) dengan kualitas lain pada siswa adalah hal mendasar yang perlu disadari dan dijadikan pijakan dalam mengajar siswa di sekolah.

B. Saran
Sebagai ujung tombak, tugas gurulah untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning) dalam proses belajar-mengajar. Diharapkan dengan memahami potensi unik siswa, menerapkan kurikulum dengan sistem evaluasi yang didasarkan kompetensi dan tidak lepas dari konteks hidup, visi dan misi pendidikan di Indonesia dapat dicapai.




DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa, (2004), Implementasi Kurikulum 2004. Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://hidayah-ilayya.blogspot.com/2009/10/mengembalikan-makna-pendidikan-dalam.html, diakses tanggal 26 September 2010.
http://pakmargolang.com/article/28062/pendekatan-konstruktivis-sosial-menyenangkan--dan-tanpa-tekanan-dalam-pembelajaran.html, diakses tanggal 26 September 2010.
Mamat, dkk. (2005), Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Departemen Agama. Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Tilaar, H. A. R.(2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Warul Walidin, (2003), Konstelasi Pemikiran Pedagogok Ibnu Khaldun Perspektif Pendidikan Modern, Yogyakarta : Nadiya Foundation.


foonote
1 http://hidayah-ilayya.blogspot.com/2009/10/mengembalikan-makna-pendidikan-dalam.html, diakses tanggal 26 September 2010.
2 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004. Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 19.
3 Tilaar, H. A. R.. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. (Jakarta: Rineka Cipta. 2000). hal. 34.
4 http://hidayah-ilayya.blogspot.com/2009/10/mengembalikan-makna-pendidikan-dalam.html, loc.cit.
5 Mamat, dkk. Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Departemen Agama. Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), hal. 21-22.
6 Warul Walidin, Konstelasi Pemikiran Pedagogok Ibnu Khaldun Perspektif Pendidikan Modern, ( Yogyakarta : Nadiya Foundation, 2003), hal. 240.
7 Ibid. hal. 241.
8 http://pakmargolang.com/article/28062/pendekatan-konstruktivis-sosial-menyenangkan--dan-tanpa-tekanan-dalam-pembelajaran.html, diakses tanggal 26 September 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar